Merdeka Belajar

Empat Program Pokok Mendikbud.

Publikasi Karya Anda

Kirim melalui: gurutraveler8@gmail.com

Waspada Covid19

Lindungi Diri, Lindungi Keluarga, Lindungi Sesama.

Kurikulum Merdeka

Profil Pelajar Pancasila.

Kurikulum Merdeka

Karakteristik KM.

Sabtu, 11 September 2021

Catatan Al Bazzar Mappanganro: Manusia 1/3 Bagian


Pada hakikatnya manusia terbagi 3 bagian. 1/3  untuk Allah, 1/3 untuk manusia, dan 1/3 untuk cacing. Ruhnya akan kembali kepada Allah Jasadnya akan jadi santapan cacing tanah. Amalnya akan kembali kepada manusia. Di dunia yang sangat singkat ini jangan sombong dengan kendaraan yang kita miliki, karena kendaraan terakhir kita adalah keranda mayat.

Jangan bangga dengan pakaian yang kita miliki karena pakaian terakhir kita adalah kain kafan. Jangan bangga dengan rumah yang kita miliki, karena rumah terakhir adalah kuburan. Sehebat apapun manusia tak akan bisa untuk mengundur kematian. Secerdas apapun, tidak akan mampu membuat alat yang bisa menahan malakul maut datang.

أَيۡنَمَا تَكُونُواْ يُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِي بُرُوجٖ مُّشَيَّدَةٖۗ 

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh“. (An-Nisa’ Ayat 78)

Ingatlah mau tidak mau,  rela tidak rela, kita akan kembali ke pangkuan-Nya. Lalu telah sejauh apa persiapan kita menghadapNYA?



Untuk konsultasi dakwah dan bisnis 
Kontak Al Bazzar: 
+62 853-4378-9686


 


Rabu, 08 September 2021

Catatan Albazzar Mappanganro: Maka kemanakah kamu akan pergi?

 


Kondisi masyarakat saat ini sangat disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing. Pengusaha, pedagang, pejabat, bahkan masyarakat sekeliling kita sibuk dengan urusannya masing-masing, yaa… itulah kita dengan sebutan  “ibnu adam” (anak cucu adam). Berlomba-lomba mengejar kehidupan dunia sehingga lupa dengan peintah dan larangan Allah, sungguh memprihatinkan kondisi ummat muslim masa kini.

Akhirat yang kekal abadi, di mana semua yang ada di dunia ini akan kembali kepadanya, semua umat tau itu. Namun, seakan-akan terlupakan oleh kehidupan dunia. Mereka yang mengatakan “Time is money!!!”, what??? Memangnya uang bisa dibawa mati? terlalu cinta dunia sepertinya. Materi selalu menjadi perkara nomor satu dalam otaknya, Naudsubillah. Bukankah Nabi Muhammad S.A.W jauh-jauh hari telah mengingatkan kawan-kawan, kata Nabi “perbanyaklah mengingat sesuatu yang memutuskan seluruh tingkat kelesatan (kematian)”, tidak terlena dengan kehidupan dunia dan setiap amal dimintai pertanggung jawaban disisi Allah.

Salah satu jalan yang bisa ditempuh untuk terhindar dari cinta dunia berlebihan adalah merenungkan firman Allah S.W.T dalam Al-Quran surah At.Takwir:26, ayat ini memberi suatu pertanyaan yang diajukan oleh Allah. Pertanyaan sangat singkat  namun kekuatannya dahsyat untuk mengarahkan kembali kepada kebenaran, tidak berlebihan dalam mencari kehidupan dunia bahkan semakin sadar untuk mendekatkan diri kepada sang Khalik. Subhanallah, satu pertanyaan untuk mengubah pandangan berkehidupan yang akan menghentikan setiap bentuk dosa.

 “One question to stop corruption”,

“One question to stop nepotism”.

          Tercatat dalam sejarah, ketika seorang sufi sedang dalam perjalanan dengan mengendarai kudanya, ditengah perjalanan tiba-tiba jatuh tersungkur dan jatuh bukan karena kecelakaan atau kelelahan namun mendengarkan seseorang membaca salah satu firman Allah (QS. At-Takwir:26):

فَأَيۡنَ تَذۡهَبُونَ ٢٦

Artinya:

‘’Maka ke manakah kamu akan pergi’’

Apa pengaruh ayat ini sehingga seorang sufi terjatuh dari kudanya? Adakah kekuatan yang tersirat dari kalam Ilahi ini? Coba renungkan kawan-kawan, tenangkan diri, ikhlaskan niat, lalu tanya diri ini, sebenarnya mau kemana? Dunia yang sangat singkat arah saya kemana? Apakah saya kekal? Apakah saya bisa tetap di dunia ini ? where are we go?


Jumat, 03 September 2021

Catatan Andhika Mappasomba: Tentang Puisi dan Inspirasi Kebaikan

 
Sering saya diundang membicarakan sastra, terlebih puisi. Sering pula saya mengungkapkan bahwa sastra yang baik adalah karya yang bisa menggerakkan orang lain atau menginspirasi orang lain untuk melalukan sesuatu atau secara luas, pembaca menemukan kesadaran (kenyataan) dalam karya tersebut lalu pembaca membumikan pengetahuan dalam bacaannya. Misalnya untuk tidak mencuri, mencintai orang lain, dan banyak hal lainnya. Boleh jadi, inspirasi untuk lebih menebalkan keimanan dan penghambaan kepada Tuhan. Sastra yang baik adalah dia yang memiliki nilai manfaat bagi kehidupan sosial, budaya, atau pun nilai spiritual. Jika tidak, boleh jadi karya itu hanya sekadar kata penghubung dalam sebuah struktur kalimat. Penting adanya, namun tidak menjadi esensi. Karya sastra semisal puisi, ditemukan seperti cendawan musim basah. Banyak. Melimpah ruah. Namun, meminjam istilah pekerja sastra Dahri Dahlan, seperti sayur (sastra) di pasar, melimpah saat sore, akhirnya dijual murah meriah karena terancam rusak dan tak ada yang berminat lagi untuk membelinya (membaca). Tidak sedikit sastrawan yang menulis sedikit karya, tapi malah, karya itu yang membuatnya tidak punah dibicarakan. Boleh meminjam kisah dalam film Finding Forester. Nah, jika puisi hanya sibuk dengan penulisnya sendiri, dipuji dan dibahas oleh penulisnya sendiri, boleh jadi, itulah sastra-sastra yang narsis dan tampak suram dan tak memiliki masa depan yang cemerlang. Terlebih lagi, jika puisi itu adalah anjuran untuk mendalamkan tancapan nilai spiritual untuk lebih dekat kepada Tuhan, tapi penulisnya malah lebih banyak mabuk di lontang tuak atau rumah perngewekan. Dan mulut hanya penuh busa bir dari pada zikir. Itulah sastra yang sibuk dengan dirinya sendiri, menjauhi persoalan kehidupan seperti yang disebut WS Rendra tentang "sibuk bersajak tentang anggur dan rembulan, tapi ketidak adilan terjadi di sampingnya".
Kini, saya memilih untuk sedikit membangun jarak dengan puisi. Agar bisa melakukan kata-kata dan kalimat perintah yang pernah saya tuliskan di masa lalu.
Nah, apakah saya akan membaca puisi?

Tentu tak pernah berhenti. Hanya saja, saya melakukan dengan tangan dan kaki. Berjalan menemui sesama fakir dan menyeka air mata sosial yang menetes pada mata kaum dhuafa dan anak-anak yatim. Andhika Mappasomba Daeng Mammangka Pekerja Sosial, Karyawan Allah

Kamis, 02 September 2021

Materi Ajar Bahasa Indonesia Kelas XI "Teks Eksplanasi"





Pengantar

Pernahkah mendengar atau membaca informasi mengenai fenomena atau peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar? Bukan hanya di sekitar kita, perkembangan informasi yang sangat pesat membuat kita bahkan dengan mudahnya mengakses berbagai informasi mengenai suatu peristiwa atau kejadian diberbagai belahan dunia. Fenomena atau peristiwa yang sering dijumpai seperti gempa bumi, laut pasang, hujan, petir, upacara adat, perlombaan, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya.

Suatu kejadian baik itu kejadian alam maupun kejadian sosial tersebut selalu memiliki hubungan sebab akibat dan memiliki proses. Suatu kejadian yang terjadi, tidak hanya untuk diamati dan rasakan saja, tetapi juga bisa dituliskan dalam bentuk teks sebagai sumber informasi untuk khalayak ramai. Bentuk teks tersebut dikenal dengan istilah teks eksplanasi.


Klik unduh (Full text)


Cerpen, Rahma Aulia: SIRI’ NA PACCE PUANG


Aku tinggal bersama nenek sejak kecil. Aku menjadi yatim diusiaku yang masih terbilang jari. Aku hanya bisa berkhayal tentang rupanya, atau mendengar cerita-cerita nenek tentang Amma dan Tettaku. Kata nenek, Amma dan Tettaku adalah orang yang baik, sholeh juga berbudi luhur. Aku tersenyum bahagia ketika mendengar cerita nenek, bagiku itu adalah dongeng terbaik. Aku tak pernah sedih, karena aku punya nenek Aminah yang mengasuhku sejak kecil. Bagiku nenek adalah harta terindah Allah. 

Sepeninggal Amma dan Tetta, neneklah orang tuaku. Meski kini usianya sudah semakin renta, tapi nenek tak pernah lelah bekerja untuk mencari nafkah. Dari cucuran keringatnyalah aku tumbuh sebesar ini, bisa bersekolah layaknya anak-anak yang lain, juga tertawa riang.

..................

Klik baca (Full text)

Jumat, 09 Juli 2021

PPKM Darurat, Berikut Daftar Daerahnya


Pemerintah menetapkan perluasan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat terkait penanggulangan pandemi Covid-19 tak hanya di Pulau Jawa-Bali. Sebanyak 15 kabupaten/kota di luar Jawa-Bali yang semula hanya diterapkan PPKM Mikro, kini dinaikkan statusnya jadi PPKM Darurat. 

Keputusan itu diumumkan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers yang juga dihadiri Menteri Kesehatan, Mendagri, dan Kepala BNPB yang juga Ketua Satgas Covid-19.

“Maka pemerintah dorong beberapa daerah untuk diberlakukan PPKM darurat” ujar Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCP-PEN) sekaligus Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers, Jumat (9/7) petang.

Berikut sejumlah daftar wilayah Jawa-Bali yang ditetapkan PPKM darurat berdasarkan keputusan pemerintah:

Adapun 15 daerah yang ditetapkan untuk melaksanakan PPKM Darurat berasal dari delapan provinsi dengan rincian sebagai berikut:

Sumatera Barat

Kota Padang Panjang

Kota Bukittinggi

Kota Padang

Kepulauan Riau

Kota Tanjung Pinang

Kota Batam

Lampung

Kota Bandar Lampung

Sumatera Utara

Kota Medan

Kalimantan Timur

Kota Balikpapan

Kota Bontang

Kabupaten Berau

Kalimantan Barat

Kota Singkawang

Kota Pontianak

Papua Barat

Kabupaten Manokwari

Kota Sorong

Nusa Tenggara Barat

Kota Mataram


Airlangga melanjutkan, aturan akan disesuaikan dengan PPKM Darurat Jawa-Bali yang sudah berlangsung sejak 3-20 Juli 2021. Nantinya, aturan akan dirinci lagi dalam Instruksi Kementerian Dalam Negeri. “Pengaturan pembatasan kegiatan tersebut mengikuti PPKM Darurat yang ada di Jawa-Bali,” pungkasnya.

Dengan demikian atas 15 daerah tersebut diterapkan PPKM Darurat dengan mengikuti aturan seperti yang telah ditetapkan di Jawa Bali seperti yang diatur sesuai InMendagri Nomor 15, 16, dan 18 2021.

“Pengaturan itu mulai berlaku 12 Juli sampai dengan keputusan berikutnya,” ujar Airlangga. (Dikutip dari, CNNIndonesia.com)

Kamis, 01 Juli 2021

Esai, Pratiwi: Integrasi Bahasa Daerah . . .

INTEGRASI BAHASA DAERAH DALAM SISTEM PEMBELAJARAN SEBAGAI SOLUSI PEMERTAHANAN BAHASA DAERAH DI KALANGAN REMAJA


Moderenisasi merasuki bangsa Indonesia. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta arus globalisasi yang semakin melebarkan sayapnya ke penjuru dunia terutama di Indonesia. Globalisasi menjadi sebuah fenomena yang tak terelakkan (Scholte 2001). Semua golongan, setuju atau tidak setuju, harus menerima fakta bahwa globalisasi merupakan sebuah predator yang berpengaruh buruk bahkan mematikan eksistensi budaya-budaya lokal. Indonesia merupakan negara yang majemuk yang dihuni oleh masyarakat yang berasal dari berbagai suku bangsa. Tiap suku bangsa di Indonesia memiliki bahasa daerahnya masing-masing, yang digunakan dalam lingkungan yang terbatas di antara sesamanya. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 bahwa Indonesia terdiri atas 1.128 suku bangsa dan data etnografis mencatat terdapat sekitar 700-an bahasa daerah. Keragaman suku bangsa di Indonesia disebabkan oleh faktor historis, faktor isolasi alam yang lama juga turut berpengaruh terhadap kondisi Indonesia saat ini dihuni oleh berbagai suku bangsa yang beragam yang memiliki karakteristik tersendiri dari segi bahasa dan budayanya, walaupun semuanya masuk dalam rumpun bahasa yang sama bahasa Austronesia.

Pada hakikatnya bahasa merupakan alat komunikasi dominan bagi manusia untuk saling berkomunikasi antara dua manusia atau lebih. Berdasarkan wilayah penggunaannya, bahasa dibedakan menjadi tiga jenis yaitu bahasa nasional, bahasa daerah dan bahasa asing. Berdasarkan keadaan penggunaannya, bahasa dibedakan menjadi tiga, yaitu pemertahanan bahasa, pergeseran bahasa dan kepunahan bahasa (Sumarsono, 2012: 231). Mirisnya, bahasa daerah diserang dengan status yang mengkhawatirkan yaitu terancam punah dan punah seperti yang dijelaskan oleh info grafik peta bahasa daerah di indonesia yang menyatakan bahwa ada 17 bahasa daerah yakni tiga bahasa daerah dari maluku, tujuh bahasa daerah dari papua, lima bahasa dari sulawesi, satu bahasa daerah NTT, dan satu bahasa daerah dari Sumatera berstatus stabil tetapi terancam punah. Sedangkan status bahasa daerah yang terancam punah ada 18 bahasa daerah seperti dua bahasa daerah dari maluku, sembilan bahasa daerah dari papua, empat bahasa daerah dari sulawesi, dua bahasa daerah NTT, dan satu bahasa daerah dari Sumatera. Serta bahasa daerah yang punah berasal dari daerah Indonesia Timur yaitu dua bahasa dari papua dan sebelas bahasa dari Maluku.  (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,  2017 ). 

Klik baca (Full text)

Ekonom Faisal Basri: PPN Sekolah Bentuk Kegagalan Pemerintah


Ekonom Faisal Basri mengkritisi rencana pemerintah mengenakan pajak pertambahan nilai (PPN) pada jasa pendidikan alias sekolah. Menurutnya, rencana ini merupakan bentuk kegagalan pemerintah dalam mengurus sektor pendidikan. 

"Jangan jadi objek pajak. Apalagi kalau PPN naik jadi 20 persen. Itu kegagalan pemerintah. Hati-hati," ucap Faisal dalam Webinar Nasional 58 PATAKA, Kamis (1/7). 

Faisal menjelaskan kualitas pendidikan di Indonesia buruk. Ia mencontohkan seorang anak sekolah selama 12 tahun atau sampai SMA, tetapi waktu sekolah anak itu hanya setara 7,8 tahun. Baca juga:Faisal Basri Ingatkan Pemerintah, 52 Persen Penduduk Insecure "Efektif hanya 7,8 tahun karena kualitas pendidikan buruk sekali di tingkat primer dan sekunder. Tingkat SD, SMP, jelek sekali," ujar Faisal. Di tengah kondisi yang buruk itu katanya, pemerintah justru berniat mengenakan PPN untuk sekolah premium atau memiliki kualitas bagus. 

Faisal berpendapat hal ini akan semakin memperburuk kualitas pendidikan di Indonesia. Pasalnya, biaya sekolah yang memiliki kualitas bagus akan semakin mahal jika dikenakan PPN. Dengan demikian, kemampuan masyarakat untuk menyekolahkan anak di sekolah berkualitas akan semakin terbatas. 

"Jangan sampai pendidikan ini karena pemerintah gagal menghadirkan pendidikan bermutu, kemudian dipajaki pendidikan yang bagus. Pendidikan bagus ini justru solusi. Jangan jadi objek pajak," jelas Faisal. 

Pemerintah akan memungut PPN pada jasa pendidikan. Rencana itu tertuang dalam revisi Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Sebelumnya, jasa pendidikan alias sekolah masuk kategori jasa bebas PPN. Dalam rancangan (draft) RUU KUP yang diterima CNNIndonesia.com, rencana itu dilakukan pemerintah dengan menghapuskan jasa pendidikan dari kategori jasa yang tidak dikenai PPN. Dengan penghapusan itu otomatis layanan jasa pendidikan akan kena PPN. "Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai yakni jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai berikut, g (jasa pendidikan) dihapus," bunyi draft RUU KUP dikutip, Kamis (10/6). Baca juga:PPKM Mikro Darurat, IHSG Meradang Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan mengatakan pungutan PPN atas jasa layanan pendidikan tidak akan dikenakan secara menyeluruh. Menurutnya, layanan pendidikan yang dikenakan PPN nantinya hanya sekolah tertentu yang bersifat komersial. Sementara, sekolah negeri tak akan dikenakan PPN.


(Dikutip dari CNN Indonesia) 

Rabu, 02 Juni 2021

LITERASI SEJAK DINI MULAI DARI KELUARGA

FAUZI ROHMAH, S. Pd.
SMP NEGERI 1 KUSAN HILIR
TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN

Apakah di rumah tersedia buku? Pertanyaan mendasar dan sangat penting untuk menggali apakah di rumah sudah ada kebiasaan baca buku. Indikator sebuah keluarga yang sudah mencapai tingkat literasi yang baik antara lain jika jumlah dan variasi bahan bacaan yang dimiliki banyak dan beragam. Frekuensi membaca dalam kelurga setiap harinya makin meningkat. Ada beberapa bentuk tulisan dari anggota keluarga seperti memo, kartu ucapan, catatan harian, dll.

Ketersediaan fasilitas bahan bacaan menjadi salah satu faktor penting untuk menumbuhkan kebiasaan baca buku di sebuah keluarga. Bahan bacaan hendaknya beragam, sesuai dengan minat dan usia. Hal ini supaya menarik minat baca anggota keluarga. Karena untuk membentuk budaya baca tidaklah bisa tumbuh secara tiba-tiba, tapi harus ada upaya yang serius didukung oleh beberapa faktor yang berkesinambungan.

Selain ketersediaan bahan bacaan, faktor lain yang mendukung tumbuhnya kebiasaan baca adalah contoh nyata dari orangtua yang suka baca. Meskipun anak belum mampu membaca sendiri, orangtua bisa membiasakan diri dengan membacakan buku cerita yang menarik bagi anak. Bahkan mendengarkan cerita ini bisa dimulai semenjak usia 0 bulan. Kebiasaan mendengarkan cerita atau dongeng sejak dini akan mendukung perkembangan imajinasi dan kemampuan bahasa anak. Semakin banyak mendengar maka semakin banyak memahami kosakata.

Membacakan cerita kepada anak secara rutin dapat meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berkomunikasi yang baik. Hal ini karena anak banyak menyerap kosakata yang tidak selalu ditemukan dalam percakapan sehari-hari. Selain itu kegiatan literasi di dalam keluarga dapat melatih anak untuk berpikir kritis sejak awal kehidupannya.

Contoh pembiasaan baca dari orangtua bisa juga diwujudkan dengan keseriusan orangtua untuk lebih banyak baca buku daripada baca (pegang) gawai. Anak akan belajar melalui apa yang dilihat dari orangtuanya. Jadi, jika orangtua suka baca buku maka anak pun akan ikut tertarik dengan buku. Jika ini dimulai sejak dini maka akan terbentuk pola sehingga akan lebih mudah untuk membiasakan anak pada usia berikutnya. Meskipun hal ini perlu perjuangan besar karena orangtua masa kini mayoritas cenderung lebih akrab dengan gawainya.

Jadikan budaya baca menjadi kegiatan yang menarik di rumah. Selain pilihan buku yang beragam sesuai minat dan usia, juga perlu dikondisikan tempat baca yang nyaman. Perlu juga disusun jadwal baca dalam keluarga. Hal ini supaya terbentuk iklim baca yang nyaman, kompak, dan menyenangkan.

Selain aktivitas baca di rumah, orangtua juga perlu sesekali mengagendakan jalan-jalan ke toko buku atau berkunjung ke perpustakaan sehingga kegiatan baca tidak monoton di rumah saja. Hadiah-hadiah dari orangtua juga bisa berbentuk buku atau majalah yang disenangi anak. Media teknologi informasi (gawai) juga bisa dimanfaatkan dengan bimbingan orangtua.

Dalam perkembangannya anak dapat diajak berdikusi dari hasil bacaannya. Bisa diajak membahas isu-isu menarik dari media massa. Ataupun bisa membahas nilai-nilai yang terkandung dari sebuah cerita yang dapa diambil hikmahnya. Selain itu orangtua juga perlu memberikan motivasi kepada anak, misal mengikuti lomba-lomba literasi. Dari kegiatan tersebut akan tumbuh pemahaman bahwa membaca itu penting dan bermanfaat.

Dari berbagai kegiatan literasi yang difasilitasi orangtua menjadikan membaca sebagai kegiatan yang sangat penting dan menarik jika orangtua pun menyajikan dengan menarik. Dan iklim literasi keluarga menjadi pondasi kuat untuk pengembangan budaya literasi pada kehidupan anak selanjutnya. Jadi, yuk bantu anak dengan membentuk iklim literasi di rumah. Meski dari yang sederhana dan terbatas, namun jika berkesinambungan, maka wawasan anak akan makin luas.


Download file


Minggu, 02 Mei 2021

MENELISIK PERSOALAN PENDIDIKAN DI ERA MILENIAL

M. FAISAL RACHMAN, S.Pd.

SMPIT AR RAHMAN BANJARBARU

Menelisik persoalan pendidikan yang hadir pada kondisi sekarang merupakan tugas berat dan berkelanjutan. Guru sebagai pilar dan roda penggerak pendidikan perlu mengambil peran dalam persoalan ini. Sehingga ada beberapa hal yang harus dikuatkan oleh guru berkenaan dengan kemampuannya sebagai tenaga pendidik. Perilaku siswa yang variatif, siswa yang tidak memiliki bakat, konsentrasi dan daya serap siswa, serta kedisiplinan merupakan masalah yang sering terjadi di sekolah saat proses belajar mengajar.

Solusi-solusi telah dibuat dan diberikan kepada guru untuk menyiasati persoalan yang telah disebutkan sebelumnya. Namun, solusi-solusi yang telah diberikan tidak semuanya cocok untuk setiap guru di Indonesia secara umum. Oleh karena itu, persoalan yang sangat subjektif ini memerlukan solusi yang subjektif pula. Sebagai pendidik, guru dituntut untuk menemukan solusi dari masalahnya sendiri, seperti membuat forum musyawarah atau membuat kelompok kerja yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam dunia pendidikan secara umum dan masalah-masalah belajar pada siswa secara khusus.

Perilaku siswa yang variatif memaksa guru untuk mengobservasi situasi sebelum merencanakan pembelajaran. Sering kita temui saat mengajar, beberapa siswa perlu penanganan khusus. Ada siswa yang suka tidur di kelas, siswa yang tidak mampu memahami pelajaran seperti siswa lain, ada siswa yang punya masalah pada matanya sehingga ia harus lebih fokus dan memperlambat penyerapannya pada pelajaran. Selain persoalan teknis ada juga persoalan psikis, seperti masalah orang tua yang kurang memperhatikan pada pendidikan anak, sehingga ia tidak mendapat perhatian yang cukup. Masalah lain muncul pada anak yang secara ekonomi tidak berkecukupan, hal ini membuatnya harus berjuang sendirian untuk menempuh pendidikan dan tantangan zaman.

Guru sebagai pendidik harus melihat masalah-masalah ini sebagai variabel-variabel yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Masalah ini menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam menyusun rencana pembelajaran. Solusi yang muncul pada saat pertimbangan sangat subjektif bergantung pada kasus di setiap guru. Hal ini bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif di kelas.

Konsentrasi dan daya serap siswa menjadi salah satu masalah paling sering ditemui saat proses belajar mengajar. Mengapa hal ini sering muncuat ke permukaan? Jawabannya sederhana, pembelajaran yang tidak menarik. Kemudian pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaiamana menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa. Pertanyaan ini harus dijawab dan menjadi tugas para guru di era milenial saat ini. Zaman yang penuh dengan kejutan lompatan-lompatan teknologi menjadi solusi yang membantu, sekaligus persoalan yang harus diselesaikan oleh guru di setiap daerah.



Klik download file






BENTUK KARAKTER ANAK DENGAN MEMBACA CERPEN

 FAUZI ROHMAH, S. Pd.
SMP NEGERI 1 KUSAN HILIR
TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN

Bercerita seperti mendongeng secara langsung atau membaca dongeng/cerita menjadi suatu kegiatan yang sangat menarik. Anak-anak akan antusias mendengarkan cerita dari orangtua, nenek, kakek atau orang lain. Tak jarang cerita-cerita itu masuk ke dalam dunia hayal mereka, menjadi pengingat untuk nilai-nilai yang ditanamkan. Mampu menjadi penyampai nilai karakter yang ingin ditumbuhkan. Tapi, itu dulu. Sekarang kegiatan ini sangat jarang ditemui.

 Sekarang zaman sangat cepat berkembang. Anak-anak lebih tertarik dengan gadget. Banyak fasilitas yang membuat kegiatan anak lupa waktu namun tanpa nilai positif. Berjam-jam kuat bermain game atau yang lain. Sehingga kegiatan membaca terasa sangat membosankan dan buang waktu saja.

Sementara literasi membaca sangat dibutuhkan untuk mengembangkan aspek pengetahuan dan keterampilan anak. Kenyataan di lapangan minat membaca pada anak sangat rendah karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Dari diri anak belum tumbuh suatu kesadaran bahwa membaca itu penting. Kegiatan membaca terkalahkan dengan adanya gadget yang lebih banyak menyajikan konten menarik. Faktor luarnya adalah kurangnya dukungan dari orangtua, guru, sekolah, atau masyarakat, baik berupa penyediaan fasilitas maupun contoh nyata suka baca dari pihak tersebut.

Secara fakta, rendahnya minat baca ini juga sesuai dengan hasil uji literasi membaca mengukur aspek memahami, menggunakan, dan merefleksi hasil membaca dalam bentuk tulisan dalam PIRLS 2011 International Results in Reading, Indonesia menduduki peringkat ke-45 dari 48 negara peserta dengan skor 428 dari skor rata-rata 500. Kemudian uji literasi membaca dalam PISA 2009 menunjukkan anak Indonesia berada pada peringkat ke-57, sedangkan PISA 2012 berada pada peringkat ke-64 dari 65 negara. Menurut data PIRLS dan PISA, khususnya dalam keterampilan memahami bacaan, menunjukkan bahwa kompetensi anak Indonesia tergolong rendah.

Dari beberapa kenyataan yang ada tersebut, terlihat bahwa praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah belum berfungsi sebagai wadah pembelajaran yang menjadikan warganya sebagai manusia pembelajar sepanjang hayat. Untuk mewujudkan buadaya baca sangat diperlukan dukungan dan upaya menyeluruh yang melibatkan berbagai  pihak, yaitu baik dari warga sekolah (guru, anak, orangtua/wali murid), maupun dari masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan.

Literasi adalah modal pembentuk sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan berdaya saing, berkarakter, dan nasionalis. Pada dasarnya kegiatan literasi sangat berkaitan erat dengan kemampuan berbahasa menyimak, berbicara, membaca, serta menulis sebagai pintu pengembangan kegiatan literasi berikutnya. Namun pada kenyataannya, dengan minat baca masyarakat Indonesia/anak yang rendah sehingga kemampuan literasi pun rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti minat baca guru rendah, kurang tersedianya buku-buku yang menarik, buku bacaan minim jumlah dan ragamnya, fasilitas perpustakaan kurang memadai, serta kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis literasi masih rendah.

Dari beberapa hal di atas sudah nampak jelas akar permasalahan literasi di sekolah. Dengan begitu untuk mewujudkan GLS, maka kita dapat memulainya secara bertahap. Tahapan dalam GLS ini ada tiga, yaitu 1) tahap pembiasaan, 2) tahap pengembangan, dan 3) tahap pembelajaran.  Meskipun tahapan ini sering kali berbeda dengan kenyataan di lapangan karena berkaitan dengan kondisi sekolah yang berbeda, baik dari segi pembiayaan, maupun dari hal penting lainnya.

Dengan banyaknya akar permasalahan tersebut, kita sebagai guru Bahasa Indonesia dapat mengambil peran khusus untuk membantu mengurainya. Biasanya, sekolah kecil sangat minim jenis/ragam dan jumlah buku yang sesuai dengan minat anak. Kita dapat mengupayakan menyediakan fasilitas buku kumpulan cerpen yang sesuai usianya yang sudah tersortir sebagai bahan bacaan anak. Kita adakan program khusus literasi baca dengan membiasakan anak untuk membaca cerpen secara intensif dari kumpulan cerpen tersebut. Hal ini ditujukan untuk pembiasaan dan menumbuhkan minat baca serta penanaman karakter dari nilai-nilai yang disampaikan dalam cerpen.

Anak diberikan tugas untuk membaca secara intensif dari kumpulan cerpen yang sudah ditentukan atau yang disediakan. Tugas ini ditentukan prosedurnya secara lengkap. Dimasukkan dalam tugas portofolio anak. Kegiatan ini perlu dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Selain itu juga harus diapresiasi untuk meningkatkan motivasi anak.

Membaca intensif cerpen bisa dimulai dari mengungkap unsur-unsurnya seperti tokoh dan karakternya, alur, terkhusus nilai yang didapatkan dari cerpen tersebut. Kemudian guru perlu mengapresiasi dan menegaskan kembali berkaitan dengan nilai-nilai karakter yang ada. Diperlukan juga himbauan untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya hal ini sudah ada dalam buku paket siswa di bab akhir. Hanya saja belum maksimal dilaksanakan. Jika pembiasaan ini berlanjut, maka tidaklah mustahil jika dengan membaca cerpen karakter anak dapat terbentuk.

Download file 





Kamis, 11 Februari 2021

Esai, Zares Melia: Meningkatkan Keberhasilan Program ASI Eksklusif di Lingkungan Kerja


Perjuangan perempuan menuju kesetaraan dapat dimulai dari memberikan kesempatan mereka untuk menyuarakan isi hatinya. Salah satu suara hati perempuan yang hingga kini masih menjadi polemik adalah sulitnya melaksanakan program Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sambil bekerja. Padahal, di zaman modern ini perempuan berhak mendapatkan kemerdekaan yang utuh. Merdeka dalam hal menentukan pilihannya untuk memberikan nutrisi terbaik melalui ASI. Bukankah seharusnya pemerintah memenuhi hak-hak karyawan perempuan terkait ASI eksklusif ini? Memang karyawan perempuan yang melahirkan sudah mendapat jaminan dari UU No.13 tahun 2013, pasal 82 ayat (1) yang menyebutkan bahwa pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan setelah melahirkan. Namun, apakah itu sudah cukup?

Durasi cuti melahirkan menjadi penyebab utama kegagalan memberikan ASI eksklusif pada ibu bekerja. Seandainya cuti melahirkan adalah 6 bulan, mungkin kondisi ini bisa dihindari. Namun kenyataannya, hingga kini pemerintah belum mengabulkan permohonan cuti 6 bulan tersebut, meskipun sudah banyak kelompok-kelompok perempuan yang menyuarakan hal tersebut. Bahkan, banyak penelitian yang berkaitan dengan kegagalan ASI eksklusif. Salah satunya adalah skripsi yang berjudul “Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pegandan” oleh Tsalist Kusuma Marifah. Dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa kegagalan ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah karena ibu yang bekerja. Sementara negara-negara maju sudah memberikan jatah cuti yang panjang seperti Australia memberikan cuti maksimal selama 52 minggu, Swedia selama 18 bulan sedangkan di Republik Ceko selama 7 bulan. Sementara di Indonesia ibu melahirkan hanya mendapatkan cuti selama 3 bulan.

Klik download (Full text)

Selasa, 02 Februari 2021

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI BIOTEKNOLOGI DAN PERANNYA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH BINTUNI

Siti Fatimah, S.Pd

SMP Muhammadiyah Bintuni
(alfatih.fatimah89@gmail.com)

Tujuan pelaksanaan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana peningkatan aktivitas belajar peserta didik pada pembelajaran IPA materi bioteknologi dan perannya dalam kehidupan manusia melalui model Problem Based Learning Kelas IXC SMP Muhammadiyah Bintuni. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu peningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada pembelajaran IPA materi bioteknologi dan perannya dalam kehidupan manusia melalui model Problem Based Learning. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Action Research) yang dalam pelaksanaannya terbagi atas siklus-siklus, tahapan setiap kegiatan siklus adalah merencanakan (planning), implementasi tindakan (action) dan observasi, refleksi, dan revisi. Penelitian ini dibuat menjadi dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua pertemuan, selama pelaksanaan penelitian, proses belajar mengajar dipantau oleh seorang observer yaitu guru bidang studi IPA. Dari hasil penelitian ini, diperoleh suatu kesimpulan bahwa ada peningkatan aktivitas belajar peserta didik. Khususnya pada pengajaran bioteknologi dan perannya dalam kehidupan manusia kelas IX SMP Muhammadiyah Bintuni. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan secara bertahap dari siklus I sampai siklus II, dan peningkatan tingkat keberhasilan peserta didik dari observasi aktivitas dengan hasil pengamatan pada siklus I : 58,6%, pada siklus II : 85,05%. Dengan demikian pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Penelitian perlu ditindak lanjuti untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses belajar mengajar IPA dengan model pembelajaran Problem Based Learning, sehingga dapat melengkapi penelitian yang telah dilakukan. Saran model pembelajaran Problem Based Learning dapat dipergunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran IPA dalam meningkatkan aktivitas belajar IPA.

Keyword: PBL, Bioteknologi dan Peranannnya, Aktivitas Belajar.

Klik download (Full text)






REFERENCES

 Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta

 Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

 Iman, dkk. 2013. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan Metode Demonsttrasi. Artikel. Dalam: fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura. Web. 24 Oktober 2020

 Jauharul. 2016. Pengembangan Aplikasi Evaluasi Pembelajaran Online Untuk Pendidikan Jarak Jauh. ISSN. Vol 26 September: 1693-8739. Web. 12 Oktober 2020

 Prasetyo, Z. 2013. Konsep Dasar Pendidikan IPA. Makalah. Dalam: Bahan Ajar Pemantapan Penguasaan Materi Pendidikan Profesi Guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), 2013. Web. 12 Oktober 2020

 Rizwan. 2016. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Dalam Belajar IPA Melalui Pembelajaran Konstektual. Jurnal Educatio. 2(1): 11-20, 4 April. Web. 24 Oktober 2020

 Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

 Rosarina, dkk. 2016. Penerapan Model Disccovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Wujud Benda. Jurnal Pena Ilmiah. 1(1). Web. 24 Oktober 2020

 Rosdiana, dkk. 2017. Pengaruh Penggunaan Discovery Learning Terhadap Efektivitas dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan. 2(8), 20 Agustus. Web. 24 Oktober 2020

 Sudjana, N dan Suwariyah, W. 2010. Model-model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo

 Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

 Tursinawati. 2016. Penguasaan Konsep Hakikat Sains Dalam Pelaksanaan Percobaan Pada Pembelajaran IPA di SDN Kota Banda Aceh. Jurnal Pesona Dasar. 2(4): 72 84. Web. 12 Oktober 2020

 Yuliana, N. 2018. Pengunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran. 2(1), April 2018. Web. 24 Oktober 2020

 Jones, Beata. 2019. Good practice: Scaffolded, Collaborative Project-based Learning. Texas: Journal of the European Honors.

INTERFERENSI BAHASA DAERAH TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA LISAN PADA PENDIDIK DI SMPS KRISTEN DARUBA, KABUPATEN PULAU MOROTAI, MALUKU UTARA

Jacklyn Anindya Syah, S.Pd

Syah.Jacklyn@gmail.com

ABSTRAK

Bahasa berubah sesuai dengan pengaruh sejarah, psikologis, sosial dan budaya (Hickerson 1980: 5). Universalitas dan keragaman variasi bahasa ditinjau dari ciri dan fungsi bahasa dapat diamati di sekolah sebagai lembaga resmi di bidang pendidikan yang menyelenggarakan proses pembelajaran dianggap sebagai masyarakat tutur kecil atau pendidikan umum. Seperti yang kita ketahui, sekolah merupakan tempat berkumpulnya para pembicara yang berasal dari berbagai latar belakang dan budaya masyarakat yang berbeda. Ketika situasi dan kondisi interaksi sosial dikaitkan dengan budaya masing-masing individu di sekolah, tampak bahwa komunikasi itu mencakup persamaan dan perbedaan ekspresi tutur setiap individu. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah analisis bentuk dan penyebab gangguan bahasa yang digunakan oleh Pendidik selama proses pembelajaran berlangsung. Tujuan dari penelitian ini adalah : mengidentifikasi dan menganalisis bentuk-bentuk interferensi bahasa ibu yang digunakan oleh seluruh warga di sekolah, khususnya Tenaga Pendidik.

Kata kunci : Interferensi, bahasa daerah, lisan, bahasa Indonesia. 

Klik download (Full text)

References

Badudu, J.S. 1985. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Prima.

Bawa, I. W dan I Wayan Cika.2004. Bahasa dalam Perspektif Kebudayaan. Denpasar: Universitas Udayana.

Bloomfield, L. 1933. Language, Terjemahan Sutikno. 1995. Bahasa. Jakarta: PT Gramedia. Brown, H. D. 2007. Prinsip Pembelajaran Dan Pengajaran Bahasa.Jakarta. Pearson Education.

Chaer, A. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : P.T Rineka Cipta.

Chaer, A. 1995.Hubungan Bahasa, Kebudayaan, dan Pemikiran. Dewan Bahasa : Jilid 2

 Chaer, A. 2004.  Sosiolinguistik. Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Jendra I wayan. 1984 a. Dasar-dasar Sosiolinguistik. Denpasar: Ikayana

Jendra I Wayan.1984 b. Kedwibahasaan Alih Kode, Proyek Peningkatan dan Pengembangan PerPendidikan Tinggi (P3T). Denpasar : Universitas Udayana.

Kridalaksana, Harimurti. 1988. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia. Yokyakarta: Kanisius.

Kridalaksana, Harimurti.1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Kosasih, E. 2004. Kompotensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: CV Yrama Widya.


Senin, 01 Februari 2021

PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA DALAM MENCERITAKAN ISI CERITA FABEL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG KARAKTER

SITI KHOLIPAH
email: ifaliant78@gmail.com

 ABSTRAK

Salah satu bentuk kemampuan berbicara adalah bercerita. Pada umumnya, siswa SMP masih banyak yang kesulitan dalam bercerita. Hal ini juga yang dialami oleh sebagian besar siswa SMP Negeri 1 Rantau Pulung. Hal ini disebabkan karena kurangnya inovasi dan kreativitas guru dalam menentukan teknik keterampilan bercerita kepada siswa. Rasa percaya diri grogi ataupun gugup juga senantiasa menjadi permasalahan yang perlu segera diambil alternatif pemecahannya. Salah satu upaya yang dapat dijadikan alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan media wayang karakter. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rantau Pulung dalam menceritakan isi cerita fabel dengan menggunakan media wayang karakter. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penilaian Tindakan Kelas yang direncanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu mencapai ketuntasan belajar. Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan adalah perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneltian ini adalah nontes dan tes akhir siklus. Teknis analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa dengan menggunakan media wayang karakter, keterampilan bercerita siswa mengalami peningkatan sebesar 7,8%. Pada siklus I, nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 73,4%. Selanjutnya pada siklus II, hasil yang dicapai sebesar 81,2%. Perilaku yang ditunjukkan siswa pun berubah setelah diberi tindakan. Siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, tidak gugup atau grogi, dan semakin percaya diri ketika bercerita di depan kelas. Hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan media wayang karakter dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rantau Pulung Kabupaten Kutai Timur dalam menceritakan isi cerita fabel.

Kata Kunci: Cerita Fabel, bercerita, wayang karakter.

Klik download (Full text)



References

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Arsjad, Maidar G. dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago dkk. 1997. Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta: Depdikbud Bagian Proyek PenataranGuru SLTP Setara DIII.

Tarigan, H.G. 1981. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.