Merdeka Belajar

Empat Program Pokok Mendikbud.

Publikasi Karya Anda

Kirim melalui: gurutraveler8@gmail.com

Waspada Covid19

Lindungi Diri, Lindungi Keluarga, Lindungi Sesama.

Kurikulum Merdeka

Profil Pelajar Pancasila.

Kurikulum Merdeka

Karakteristik KM.

Rabu, 02 Desember 2020

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MEMERINTAH ANTARA SENIOR DAN JUNIOR DI UKM KSR PMI UNIT UNILA

ZARES MELIA
delima.gawoh@gmail.com 

Sopan santun sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya percakapan yang sopan santun dikarnakan situasi yang formal ataupun dikarnakan jarak usia, ketidak akraban,  perbedaan status sosial dan lain-lain . Di UKM KSR PMI Unit Unila banyak sekali ditemukan bahasa-bahasa yang dibungkus dengan bentuk tuturan lain agar terlihat lebih santun (tindak tutur tidak langsung) dan ada juga tuturan langsung namun tetap santun. UKM KSR PMI UNIT UNILA adalah salah satu organisasi di Universitas Lampung yang bergerak dibidang kemanusiaan. Di sana terdiri dari beberapa angkatan yang berasal dari berbagai fakultas yang memiliki visi dan misi yang sama. Oleh karena itu, dalam organisasi ini terdapat istilah senior dan junior dan tentunya banyak sekali tuturan memerintah yang akan terjadi. Di makalah ini akan membahas jenis tindak tutur memerintah dan wujud kesantunan dalam tuturan memerintah. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kesantunan berbahasa dalam memerintah antara senior dan junior di UKM KSR PMI Unit Unila.

Kata Kunci: Kesantunan Berbasa, Senior Junior, UKM KSR.

Klik download (Full text)


References

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Grice, H.P. 1975. Logic and Conversation. Dalam Cole dan Morgan, op. cit., hlm. 41-58.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan oleh M.D.D Oka. Jakarta: Universitas Indonesia.

Levinson, Stephen. 1983. Pragmatics. London: Camridge University Press.

Lubis, Hamid Hasan. 2010. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantuan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Wijana, I Dewa Putu. 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis.Yuma Pustaka: Surakarta.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik . Yogyakarta: Andi.

Yule, George. 2006. Prakmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARASI CERITA FANTASI PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 RANTAU PULUNG

ZAINUDDIN, S.Pd

ABSTRAK

Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan. Setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar secara khusus, memili dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat guru yang sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kegiatan pembelajaran sementara siswa yang lainnya hanya dapat melihat keberhasilan temannya dalam mengepaluasi soal. Alasan lainnya berdasarkan observasi di kelas. Pembelajaran bahasa Indonesia masih menggunakan model lama yaitu siswa hanya mendengar penjelsan dari guru, secara prinsip hanya menggunakan metode ceramah. Keterampilan dikembangkan atas dasar penerapan model pembelajaran cooperatif learning tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis teks narasi cerita pantasi. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran tidak hanya memperhatikan siswa yang pintar saja namun upaya yang dilakukan harus meningkatkan kemampuan semua siswa untuk menulis teks narasi cerita pantasi. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan upaya meningkatkan hasil belajar dengan metode pembelajaran cooperatif learning tipe jigsaw. Dilaksanakan dalam tiga pertemuan yang terdiri dari dua siklus dengan materi meningkatkan kemampuan menulis teks narasi cerita fantasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran cooperatif learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia kelas VII b SMP Negeri 1 Rantau pulung. Serta pembelajaran ini dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi guru-guru yang lain.

Klik download (full text)






References

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo
Arikunto, Suharsimi. Suhardjono dan Supardi. 2009. PenelitianTindakanKelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Finoza, Lamudian. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta. DiktiInsan Mulia.

Harsiati, Titik, dkk. 2016. Bahasa Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hendriana, Heris dan Afrilianto. 2014. Panduan Bagi Guru Penelitian Tindakan Kelas suatu KaryaTulis Ilmiah. Bandung: PT RefikaAditama.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka PelajarIsjoni, H. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isnatun, Siti&Umi Farida. 2013.Mahir Berbahasa Indonesia. Bogor: YudhisTira.

Kartono. 2009. MenulisTanpa Rasa Takut, Membaca Realitas dengan Kritis. Yogyakara.

Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT. Gramedia.

Kusumah, Wijayadan Dedi Dwitagama. 2009. Mengenal PenelitianTindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks.

Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK itumudah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Nurgiantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta : IKAPI

Rusman. 2011. Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Said, Alamsyahdan Andi Budimanjaya. 2015. 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences. Jakarta: Prenadamedia Group.

Sugiyono. 2015. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparno dan Yunus, M. 2005. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Terbuka. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyitno,            Imam.   2011.    Memahami        Tindakan           Pembelajaran:   Cara     Mudah  Dalam Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: PT. Refika Aditama.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH DAN SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH

Jacklyn Anindya Syah, S.Pd
syah.jacklyn@gmail.com

ABSTRAK

Dilansir dari situs kementrian Pendidikan dan kebudayaan (kemdikbud), awal mula sejarah Bahasa Indonesia yakni Bahasa Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928. Berarti pada saat ini, bahasa Indonesia sudah berusia 93 tahun. Kenyataan ini menunjukkan bahwa usia bahasa Indonesia lebih tua dari pada usia kemerdekaan Indonsesia. Di usia yang tidak lagi muda ini, sudah selayaknya keberadaan bahasa Indoneisa sudah sangat mapan dipakai oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat seharusnya bangga memiliki bahasa Indonesia, karena tidak semua negara memiliki bahasa nasional sesuai dengan nama negaranya. Sebagai bahasa Nasional, bahasa Indonesia wajib dijunjung tinggi, mengingat perjalanan bahasa Indonesia mencatat sejarah, yaitu mampu mempersatukan aneka suku bangsa Indonesia dalam melawan penjajah. Oleh karena itu, sudah seharusnya bahasa Indonesia dipakai dalam berbagai kesempatan, terutama dalam situasi resmi seperti menulid karya tulis ilmiah dan dalam penulisan makalah.

Klik download (Full text)



References

Anne. 2011. Sistematika Penulisan Makalah Sebagai Karya Tulis Ilmiah. Tersedia pada : http://www.anneahira.com/sistematika-penulisan-makalah.html. Diakses tanggal : 10 Oktober 2014.

Eko. 2013. Sistematika Penulisan Paper/ Makalah. Tersedia pada: http://cahkebumen89.wordpress.com/2013/05/29/sistematika-penulisan-papermakalah.html. Diakses tanggal : 10 Oktober 2014.

Kusuma. 2012. Bahasa Indonesia dalam Karya Tulis. Tersedia pada: http://bahasaindonesiayh.blogspot.com/2012/05/bahasa-indonesia-dalam-karya-tulis.html. Diakses tanggal : 10 Oktober 2014.

Prayitno, Harun Joko, dkk. 2000. Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Muhammadiyah University Press.Referensi Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132304799/pengabdian/bhs-ind-dlm-karya-ilmiah.pdf




 

Selasa, 01 Desember 2020

LITERASI MINIM FASILITASI

YUNIHAR HAIRUNISA, S.Pd.
SMP NEGERI 35 BANJARMASIN, KALIMANTAN SELATAN

Kemajuan zaman mendorong perkembangan pesat di segala bidang, termasuk pada bidang literasi. Akhir-akhir ini mulai sering didengungkan kegiatan literasi hingga pelosok negeri. Sebagai salah satu bentuk kemirisan hati bahwa kenyataannya anak didik kita begitu tak berminat dengan literasi. Padahal kegiatan ini begitu berpengaruh pada prestasi anak negeri. Meski minim fasilitasi mungkinkah melek literasi mampu teratasi?

Meski teknologi digital makin banyak ambil peran, namun buku sebagai bacaan tetap dibutuhkan. Tidak semua anak didik memanfaatkan teknologi untuk media sumber bahan bacaan. Mereka lebih suka memakai gawai untuk kegiatan media sosial atau untuk main game. Tentu saja peran sebagai bahan bacaan elektronik mereka abaikan. Bahkan mereka menganggap bahwa gawai tidak cocok jika digunakan untuk membaca buku. Meski banyak waktu tersita untuk kegiatan-kegiatan yang tak bermutu.

Melihat kenyataan tersebut maka adanya perpustakaan sekolah sebagai salah satu bentuk fasilitasi sekolah yang mewadai berbagai bahan bacaan wajib diperhatikan. Perpustakaan sangat dekat dengan anak didik sebagai sumber bahan bacaan. Seyogyanya banyak hal yang perlu diperhtikan demi mendukung melek literasi dan meningkatkan motivasi baca anak didik. Meskipun bedasarkan data pokok pendidikan tahun 2020, jumlah sekolah yang berjumlah 436.722 jumlah perpustakaan sekolah hanya 187.461 di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan untuk kegiatan literasi melalui perpustakaan sekolah belumlah memadai.

Meski banyak inovasi yang dicetuskan oleh beberapa perpustakaan, namun keberadaannya ternyata masih sangat minim dan memprihatinkan. Tak sedikit perpustakaan yang hanya sebagai gudang tempat penumpukan barang. Banyak buku-buku lusuh tak terawat membuat anak didik enggan mendekat. Adanya pun kadang seperti hidup enggan mati tak mau, pilu. Padahal perpustakaan sebagai unsur penting dalam Gerakan Literasi Sekolah, sebagai ujung tombak budaya literasi sebagai tempat bahan bacaan bagi anak didik, pendidik, dan anggota sekolah lainnya. Selain perpustakaan yang belum difungsikan secara maksimal, juga ketersediaan bahan bacaan yang sangat terbatas membuat minat baca juga lepas. Kurangnya jam istirahat yang dapat dimanfaatkan untuk membaca serta belum adanya program khusus literasi di sekolah membuat kegiatan literasi tampak jauh panggang dari api.

Gerakan Literasi sekolah tak cukup hanya gembar-gembor tanpa adanya aksi. Aksi pun sangat perlu fasilitasi. Sekolah besar pastinya akan mudah untuk merombak dan menguapayakan perpustakaan yang menarik minat bauat anak didik. Namun, untuk sekolah kecil? Meski dana terbatas, jika kita mau memulai maka aksi Gerakan Literasi Sekolah mampu terwujud meski dimulai dari langkah-langkah kecil namun pasti.

Diantaranya aksi nyata yang penting dilakaukan adalah sekolah sebaiknya membuat program khusus literasi yang dikelola oleh penanggungjawab khusus literasi. Program ini sebaiknya didukung oleh guru-guru yang inovatif. Dukungan penuh dari guru yang inovatif ini nantinya akan melahirkan kegiatan-kegiatan positif yang membangun budaya literasi meski minim fasilitasi.

Program baca buku seminggu sekali dapat diterapkan menggunakan jurnal mingguan bersinergi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Kegiatan ini harus diapresiasi dengan baik dengan bentuk yang disesuaikan, misal pembaca buku terbanyak akan mendapatkan hadiah buku bacaan. Selain itu pemenuhan beragam judul dan beragam jenis buku juga mesti diprogramkan. Setidaknya minimal ada buku-buku baru setiap setahun sekali selain buku mata pelajaran, sehingga anak didik tertarik dengan buku. Buku sebaiknya disesuaikan dengan usia dan kegemaran anak. Selanjutnya perlu membenahi tata letak dan dekorasi perpustakaan sehingga menjadi tempat yang menyenangkan sehingga anak akan senang berkunjung.

Tapi, apakah jika perpustakaan tidak ada lalu kegiatan literasi terpatahkan? Tentu tidak. Banyak solusi sederhana yang bisa kita ambil sebagai langkah awal membudayakan minat baca-tulis anak didik sebagai pendukung gerakan literasi di sekolah. Guru mata peljaran Bahasa Indonesia bisa menggalakkan karya anak didik berkaitan dengan materi pembelajarannya, seperti menulis cerpen. Karya anak yang terbimbing dengan baik dikumpulkan dan dijilid menjadi sebuah kumpulan cerpen sederhana yang bisa digunakan sebagai koleksi bahan bacaan. Selain menambah bahan bacaan juga akan menambah semangat berkarya karena dapat dinikmati oleh sesama, pastina aka nada rasa bangga. Guru juga bisa menyumbangkan karya-karya mereka, atau koleksi mereka. Bisa juga mengunduh buku-buku atau karya-karya lain dari internet yang dijilid dengan rapi. Meski tertatih namun kita harus tetap melangkah pasti, demi melek literasi anak negeri wujudkan prestasi. Jadi, literasi tetap mampu beraksi meski minim fasilitasi. Yuk, mulai!

Download file



Penggunaan Kosa Kata Baku dan Tidak Baku Siswa Kelas VII dalam Berkomunikasi pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Islam Bunga Bangsa

UMI MASLAKHAH
umi.maslakhah@yayasanbungabangsa.org


ABSTRAK

Pengetahuan tentang kata baku menjadi salah satu materi penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk menuju penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Salah satu wujud penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penerapan kata baku pada ragam bahasa resmi. Kenyatannya, penerapan bentuk kata baku masih menjadi kesulitan bagi para siswa, khususnya siswa di SMP Islam Bunga Bangsa. Permasalahannya adalah: (1) Bagaimana penggunan kata baku dan kata tidak baku oleh siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia? (2) Faktor apa yang memangaruhi siswa dalam menggunakan kata tidak baku saat pembelajaran bahasa Indonesia? Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: (1) Memeroleh data tentang daftar penggunaan kata tidak baku oleh siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia; (2) Faktor apa yang memangaruhi siswa dalam menggunakan kata tidak baku saat pembelajaran bahasa Indonesia.


Kata Kunci: Kosa Kata Baku dan Tidak Baku, Komunikasi, Pelajaran Bahasa Indonesia.

Klik download (Full Text)



References

Ardiana,L.I. dan Yonohudiyono. 1997. Materi Pokok Analisis Kesalahan Bahasa EPNA 3302/2 SKS/Modul 1-6. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nugroho, Anggoro Agung. 2011. Penggunaan Kosa Kata Baku. FKIP. UMP.

Kosa Kata Baku dan Tidak Baku. (kata-baku-dan-tidak-baku-pengertian-fungsi-dan-contoh-yang-sering-keliru) diakses 29 September 2020


PERKEMBANGAN BERBAHASA DAN PENGAJARANNYA PADA ANAK USIA DINI (TAMAN KANAK-KANAK)

Galuh Azizatus Samawati
galuhaziza@gmail.com

ABSTRAK

Bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting manusia yang memungkinkan ia unggul atas makhluk-makhluk lain dimuka bumi. Bahasa merupakan sarana komunikasi antar manusia, tanpa adanya bahasa, tiada komunikasi. Bahasa pada anak mempunyai tujuan agar anak mampu berkomunikasi dan bisa mengenal lingkungannya. Namun ada beberapa aspek kendala anak kesulitan belajar berbahasa yang berasal dari dalam dan luar dirinya. Dan untuk itulah diperlukan perhatian pola dan perilaku si anak serta pola penerapan pengajaran berbahasa yang baik dan tepat bagi anak. Pengajaran yang tepat akan menjadikan anak mampu berbahasa dan berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan benar tanpa mengalami kendala yang cukup berarti. Pengajaran yang tepat diperlukan oleh anak dari dalam keluarga dan dari luar, yaitu dari sekolah dan lingkungannya. Untuk itulah selain peran orang tua, peran guru juga memegang andil yang besar dalam pola perkembangan berbahasa anak.

Kata Kunci: Bahasa, Pengajaran, Anak.

Klik download (Full text)

References

Hurlock, Elizabeth B. 1992.  Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Musthofa, Yanto. Bahasa Mencerdaskan Bangsa. Bekasi: Yayasan Batutis AlIlmi, 2017

Nurbiana, Dhieni dkk. 2014. Metode Pengembangan Bahasa. Tangerang: Universitas         
                 Terbuka.

Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Sunarto dan Hartono, Agung. 1994. Perkembangan Peserta Didik.  DEPDIKBUD:
                Rineka Cipta.



CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA DAN BAHASA BANJAR DI KALANGAN PEDAGANG PAKAIAN PASAR IJABAH KOTA SAMARINDA

ALI HUSNI
aliehuzney89@gmail.com


ABSTRAK

Penelitian ini difokuskan pada campur kode bahasa Indonesia dan bahasa Banjar di kalangan pedagang pakaian. Alasan pengambilan objek bahasa Indonesia dan bahasa Banjar agar bermanfaat untuk kepentingan pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses melekatnya campur kode dan menemukan campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Banjar. Penelitian  dilakukan di pasar Ijabah kota Samarinda. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah teknik simak dan catat, pancing langsung, serta kerja sama dengan informan. Sedangkan teknik yang digunakan dalam menganalisis data yaitu menggunakan pola tindak tutur SPEAKING oleh Dell Hymes. Hasil penelitian diperoleh bahwa campur kode bahasa Indonesia dan bahasa Banjar terdapat dalam beberapa unsur penyisipan bahasa yaitu (1) bentuk campur kode berupa kata, (2) bentuk campur kode berupa frase, dan (3) bentuk campur kode berupa klausa.

Kata Kunci: campur kode, bahasa Indonesia, bahasa banjar.

Klik download (Full text)



References

Balai Bahasa Banjarmasin. 2008. Kamus Indonesia-Banjar Dialek Kuala. Banjarbaru: PT Grafika Wangi Kalimantan.

­­­________. 2008. Kamus Bahasa Banjar Dialek Hulu-Indonesia. Banjarbaru.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:      Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Nababan, P. W. J. 1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi. Bandung: Refika Aditama.

Rahardi,Kunjana. 2001. Sosiolinguistik Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rohmadi, M., I Dewa Putu Wijana. 2010. Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 


 

IMPLIKATUR TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PALOPO

Hj. Darmawati
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar

ABSTRAK

Implikatur Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Palopo. Dibimbing oleh bapakA. Rahman Rahim dan Andi Sukri Syamsuri.Penelitian ini bertujuan untukmendeskripsikan bentuk implikatur tindak tutur langsung dan tidak langsung dalam interaksi belajar mengajar di kelas VIII SMP Negeri 2 Palopo.Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yakni mengumpulkan, mengkelolah, menganalisis, dan menyajikan data secara objektif mengenai objek penelitian, yaitu implikatur tindak tutur langsung dan tidak langsung bahasa Indonesia.Berdasarkan penyajian hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan hasil penelitian tentang wujud implikatur tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung guru bahasa Indonesia dalam interaksi belajar mengajar di kelas VIII SMP Negeri 2 Palopo. Wujud implikatur tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung guru bahasa Indonesia dalam interaksi belajar mengajar di kelas VIII SMP Negeri 2 Palopo terdiri atas dua bagian, yaitu pujian positif dan negatif.Wujud implikatur tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung dalam interaksi belajar mengajar oleh guru terhadap siswa yang bersifat positif terdiri atas lima bagian, yakni implikatur tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung berwujud tuturan deklaratif yang mengandung makna pragmatik imperatif penerimaan, ajakan, suruhan, dan permohonan. Selanjutnya, implikatur tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung yang bersifat negatif terdiri atas implikatur tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung yang menyatakan penolakan, larangan, teguran, kritikan, dan sindiran.

Kata Kunci: Implikatur, Tindak Tutur Guru, dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. 

Klik download (Full text)


PENGARUH SUPERVISI PENGAWAS BAHASA INDONESIA TERHADAP KINERJA GURU BAHASA INDONESIA SMA DI KECAMATAN BENTENG, BONTOHARU, BONTOMATENE, DAN BONTOSIKUYU KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Abdullah
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: (1) mengetahui deskripsi supervisi pengawas Bahasa Indonesia SMA di Kec. Benteng,  Bontoharu,  Bontomatene, dan  Bontosikuyu  Kab. Kepulauan Selayar, (2)  mengetahui deskripsi  kinerja  guru Bahasa Indonesia SMA di Kec. Benteng,  Bontoharu,  Bontomatene, dan  Bontosikuyu Kab. Kepulauan Selayar, dan (3) mengetahui pengaruh supervisi pengawas Bahasa Indonesia terhadap kinerja guru Bahasa Indonesia SMA di Kec. Benteng,  Bontoharu,  Bontomatene, dan  Bontosikuyu Kab. Kepulauan Selayar. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif dan penelitian  deskriptif korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Benteng dan SMA Muhammadiyah Benteng (Kec. Benteng), SMA Babussalam (Kec.Bontoharu), SMA Negeri 1 Bontomatene (Kec.Bontomatene), dan SMA Negeri 1 Bontosikuyu (Kec. Bontosikuyu) dengan jumlah guru 16 orang dan seluruhnya dijadikan responden. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah skala Likert. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial dan diolah dengan menggunakan program komputer statical product and service solution (SPSS) versi 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan supervisi pengawas Bahasa Indonesia di Kec. Benteng,  Bontoharu,  Bontomatene, dan Bontosikuyu Kab. Kepulauan Selayar tergolong kategori tinggi, yaitu 31, 25%.  Ini berarti bahwa pengawas Bahasa Indonesia SMA di Kec. Benteng,  Bontoharu,  Bontomatene, dan  Bontosikuyu Kab. Kepulauan Selayar telah melaksanakan supervisi dengan   baik, (2) kinerja guru Bahasa Indonesia SMA di Kec. Benteng,  Bontoharu,  Bontomatene, dan  Bontosikuyu Kab. Kepulauan Selayar tergolong kategori tinggi,  yaitu 37,50%.  Ini berarti bahwa guru-guru Bahasa Indonesia SMA di Kec. Benteng,  Bontoharu,  Bontomatene, dan Bontosikuyu Kab. Kepulauan Selayar sudah melaksanakan tugas dengan baik, dan (3) supervisi pengawas Bahasa Indonesia berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru Bahasa Indonesia SMA di Kecamatan Benteng,  Bontoharu,  Bontomatene, dan  Bontosikuyu Kab. Kepulauan Selayar dengan nilai korelasi 0,885 dan nilai regresi 0,784. Nilai korelasi 0,885 berarti bahwa pengaruhnya sangat kuat antara kompetensi pengawas Bahasa  Indonesia terhadap kinerja guru Bahasa Indonesia SMA dan nilai regresi 0,784 berarti bahwa 78,4% kompetensi pengawas Bahasa Indonesia menentukan kinerja guru Bahasa Indonesia SMA.


Kata kunci:  Supervisi Pengawas Bahasa Indonesia dan Kinerja Guru Bahasa Indonesia SMA


Klik download (Full Text)


KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU SCRAMBLE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT MURID KELAS V SD INPRES 142 TELLU LIMPOE KAB. SINJAI

ABD. SYUKUR TAJUDDIN
SD Negeri 142 Kab. Sinjai

 ABSTRAK

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian eksperimen yang melibatkan dua kelompok yaitu satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Populasi  penelitiannya adalah siswa kelas V SD Inpres 142 Tellu Limpoe Kab. Sinjai tahun pelajaran 2012/ 2013. Jumlah sampel sebanyak 40 orang yang diambil melalui teknik sampel total. Dalam pengolahan dan menganalisis data digunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes membaca cepat  dan angket respon siswa untuk mengetahui tanggapan dan saran siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukaan bahwa : (1) skor rata-rata tes hasil membaca cepat siswa yang diajar dengan menggunakan media visual hasilnya adalah 82,25 skor tertinggi 100, skor terendah 30, standar deviasi 20.907 sedangkan skor rata-rata tes hasil belajar siswa yang diajar dengan pengajaran langsung adalah 68.25, skor tertinggi 85, skor terendah 40, standar deviasi 18.487. (2) angket respons siswa menunjukkan 100 % siswa memberikan respon positif terhadap pelaksanaan membaca cepat dengan menggunakan media visual. Berdasarkan hasil penelitian, maka pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan media visual lebih baik diterapkan dari pada pengajaran langsung pada siswa kelas V SD Inpres 142 Tellu Limpoe Kab. Sinjai.

Kata Kunci: Media Pembelajaran, Membaca Cepat, Kartu Scramble.


Klik download (Full text)




PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA PADA CERPEN “DI RANTAU” KARYA KAHITNA

YUNIAR SARI MEGAWATI
pipi.bakpow@gmail.com 


ABSTRAK

Pembahasan deiksis persona berkaitan dengan kata ganti orang. Kata ganti orang terbagi menjadi tiga. Pertama, kata ganti orang pertama tunggal dan jamak. Kedua, kata ganti orang kedua tunggal dan jamak. Ketiga, kata ganti orang ketiga tunggal dan jamak. Dari kata ganti orang tersebut, maka akan dapat diketahui bentuk-bentuk dan kategorisasi deiksis persona yang terdapat dalam Cerpen Di Rantau karya Kahitna. Kahitna sendiri adalah grup musik asal Bandung, Indonesia yang dibentuk pada tanggal 26 April 1984. Sekian tahun berkiprah di dunia hiburan Indonesia, mereka pun berhasil mengeluarkan buku kumpulan cerpen. Alasan dipilihnya makalah ini, agar dapat diketahui bentuk-bentuk dan kategorisasi deiksis persona yang terdapat dalam Cerpen Di Rantau. Hal ini juga akan menambah pengetahuan dalam pembelajaran ilmu bahasa, terutama tentang deiksis persona. Melalui makalah ini, maka diharapkan pemahaman mengenai deiksis persona akan semakin luas.

Klik download (Full text)



References

Alwi, Hasan, dkk. 1991. Bentuk Dan Pilihan Kata. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anonim. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaniago, Sam Mukhtar, dkk. 1997. Pragmatik. Jakarta: Deppen dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Juanda, Asep dan Kaka Rosdyanto. 2007. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Kahitna, dkk. 2011. Di Antara Kebahagiaan, Cinta, dan Perselingkuhan. Jakarta: Gramedia.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sayekti, Sri, dkk. 1998. Analisis Struktur Cerita Pendek dalam Majalah 1930-1934. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Yule, George. 2006. (Terjemahan: Jumadi ; Sainul Hermawan (Peny.), Pragmatik. Banjarmasin: PBS FKIP Unlam.

Z. F, Zulfahnur.; Kurnia, Sayuti.; dan Z. Adji, Zuniar. 1996. Teori Sastra. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.





Rabu, 25 November 2020

TATA TERTIB SEBAGAI MANIFESTASI CITA-CITA BANGSA

 HARYATI, S.Pd
SDN Basirih 10 Banjarmasin


Institusi pendidikan telah berdiri puluhan bahkan ratusan tahun di dunia. Sejak lama masyarakat dunia telah menyadari bahwa pendidikan merupakan usaha untuk membentuk generasi melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Pendidikan secara sederhana bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif dalam diri seorang anak. Bimbingan dalam berbagai bentuk diperlukan sesuai dengan kriteria yang berlaku pada kelompok masyarakat.

Pemberian contoh oleh para guru, pengajaran, pendidikan, serta tata tertib yang berlaku di sekolah merupakan manifestasi dari cita-cita masyarakat. Pertama, pemberian contoh oleh para guru menjadi momentum berharga untuk tidak ditinggalkan, pada kasus ini guru dituntut untuk menjadi pribadi yang baik sebagai contoh bagi anak atau peserta didik. Pengajaran dan pendidikan dari para guru juga menjadi salah satu faktor pembentuk karakter peserta didik. Selain itu, peraturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah hadir dengan maksud untuk membentuk anak menjadi pribadi yang disiplin, bertanggung jawab, serta memiliki etos kerja nantinya.

Tata tertib menjadi sebuah entitas yang wajib ada di semua institusi pendidikan dengan maksud sebagai manifestasi cita-cita masyarakat. Namun, masalah muncul ketika tata tertib yang berlaku tidak dapat mengakomodasi perkembangan zaman. Betapa tidak, dewasa ini perkembangan zaman melaju dengan sangat pesat dibantu oleh teknologi. Era 4.0 kemudian 5.0 menjadi tolok ukur perkembangan zaman yang cepat. Sehingga hal ini mengakibatkan perangkat-perangkat yang hadir di tengah masyarakat harus disesuakan dengan zaman.

Perkembangan zaman secara perlahan membentuk masyarakat, tanpa sadar masyarakat menyesuaikan diri dengan zaman. Hal ini mengharuskan sekolah sebagai institusi pendidikan mengakomodasi perkembangan agar proses pembentukan karakter anak lebih mudah. Ada beberapa kasus yang sudah tidak relevan dengan zaman saat ini. Pertama, tata tertib mengenai seragam, pada awalnya seragam dimaksudkan untuk menghilangkan kesenjangan sosial di sekolah antarsiswa. Seiring dengan perkembangan, perspektif masyarakat mengenai strata sosial bergeser, sehingga seragam tidak lagi menjadi tolok ukur masyarakat dalam pandangan sosial. Belum lagi faktor lain yang membuka mata masyarakat mengenai seragam. Pandemi telah menyadarkan masyarakat bahwa belajar di sekolah tidak memerlukan seragam. Seragam dewasa ini tidak memeliki relevansi lagi dalam pembentukan karakter anak.

Persoalan lain selain seragam adalah gaya rambut. Hampir semua orang tahu dan sadar bahwa gaya rambut tidak memiliki relevansi sama sekali dengan prestasi belajar anak. Namun, hal ini tetap dipertahankan tanpa alasan yang bisa dijelaskan. Tata tertib mengenai pakaian dan cara berpenampilan seyogyanya dilonggarkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Tata tertib di sekolah lebih baik diarahkan untuk membentuk hal-hal yang lebih esensial seperti kedisiplinan, kesopanan, rasa tanggung jawab, tenggang rasa, dan sikap-sikap ketimuran lain. Tata tertib mengenai manajemen waktu seperti datang tepat waktu dan pulang tepat waktu harus tetap dipertahankan sebagai manifestasi kedisiplinan. Selain itu, peserta didik harus dibimbing untuk menerima semua konsekuensi dari keputusan yang ia ambil. Tata tertib yang bertujuan untuk menumbuhkan tenggang rasa antarsiswa harus dipertahankan dan diperkuat. Hal ini bukan tanpa sebab, peserta didik disiapkan untuk menjadi generasi penerus, hadir dan berbaur di tengah masyarakat kompleks membuatnya harus mampu mengambil sikap pada situasi yang berbeda dengan masyarakat yang heterogen.

Klik download file

Minggu, 13 September 2020

Guru Suraidah: Video Pembelajaran Teks Anekdot

Hai semuanya . . . 

Coba tebak kali ini Guru Suraidah akan bahas pelajaran apa? Kali ini kita akan membahas pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya materi teks Anekdot untuk siswa kelas X.  Mulai dari apa itu teks anekdot? Apakah teks anekdot dan teks humor itu berbeda? Atau, seperti apa sih struktur dan kebahasaan teks anekdot? Nahkalau kalian ingin tahu itu semua, yuk, simak pembahasan materi teks anekdot pada video pembelajaran ini.

Simak sampai selesai ya!

Semoga bermanfaat.







 


Rabu, 01 Juli 2020

BERSINERGI BANGUN KARAKTER ANAK NEGERI

 BERSINERGI BANGUN KARAKTER ANAK NEGERI

YUNIHAR HAIRUNISA, S.Pd.
SMP NEGERI 35 BANJARMASIN, KALIMANTAN SELATAN

Banyak pihak mengeluhkan adanya penurunan karakter pada anak negeri. Dalam keluarga, sikap anak terlihat kurang simpati dan empati, kurang patuh terhadap orangtua. Bahkan, sering terdengar keluhan orangtua yang anaknya lebih sering keluar rumah dengan alasan mengerjakan tugas sekolah. Sementara di sekolah, tugas-tugas sekolah sering diabaikan.

Di masyarakat, saat jam belajar terlihat anak usia sekolah lebih asyik bermain, lebih khusyuk dengan hp androidnya, lebih antusias dengan game onlinenya, bersantai dengan banyak kegiatan hura-hura, dan sering ditemui di jalan-jalan hingga larut malam. Bahkan sikap-sikap lain yang tidak sesuai dengan tatanan norma. Miris. Dengan adanya pemandangan seperti ini saling tuding. Siapa yang bertanggung jawab? Benarkah karakter anak negeri hanya tanggung jawab sepihak saja? Orangtua, sekolah, masyarakat, atau pemerintah?

Sebenarnya, pendidikan karakter adalah tanggungjawab bersama. Dimulai pendidikan anak di keluarganya oleh orangtuanya, oleh sekolah sebagai lembaga formal, serta oleh masyarakat sebagai tempat hidup dan bersosialisasi dengan kehidupan disekitarnya. Hal ini sesuai dengan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada Satuan Pendidikan Formal Pasal 5 yang mengoptimalkan fungsi kemitraan tripusat pendidikan yang meliputi sekolah, keluarga, dan masyarakat yang dilaksanakan dengan pendekatan berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat sesuai dalam Pasal 6. Dengan adanya peraturan yang sekaligus sebagai bukti adanya dukungan dari pemerintah ini, maka semakin jelaslah bahwa pendidikan karakter menjadi tanggungjawab bersama.

Pengoptimalan penyelenggaraan PPK oleh keluarga dilaksanakan melalui kegiatan bersama dan pelibatan keluarga di sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat. Banyak kegiatan yang bisa kita lakukan secara nyata seperti adanya program sekolah untuk mengundang orangtua dalam kegaiatan keagamaan, rapat orangtua dengan agenda yang disesuaikan, pelaporan dan pembagian hasil nilai, atau kegiatan gotong royong. Adapun pengoptimalan penyelenggaraan PPK oleh masyarakat dilaksanakan melalui pelibatan perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau lembaga. Hal ini bisa diwujudkan dengan kegiatan seperti mengundang tokoh masyarakat, tokoh agama, atau dari berbagai pihak untuk ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam bentuk lain.

Tempat pendidikan karakter pertama kali adalah di keluarga, oleh orangtuanya. Dengan adanya pengenalan dan penanaman nilai-nilai karakter semenjak dini secara kuat dan berkesinambungan di setiap anak di setiap keluarga, maka di sekolah dan di masyarakat, anak akan lebih mampu mengembangkan karakternya dengan baik. Keluarga yang kuat akan mampu mencetak generasi yang kuat, dengan begitu akan terbentuk anak negeri yang kuat sehingga terwujud masyarakat yang kuat.

Sementara di kehidupan modern saat ini yang sudah menganut adanya persamaan gender sehingga kaum ibu pun sibuk berkarier tanpa ada program yang jelas di keluarga karena semua sibuk kerja, maka penanaman karakter di keluarga sangatlah kurang. Orangtua merasa sudah bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya dengan dipenuhinya semua kebutuhannya, tanpa mengindahkan sisi keteladanan dari orangtua dan pendekatan hati. Semua diukur hanya dengan materi. Orangtua sudah merasa bertanggung jawab hanya dengan menyekolahkan di sekolah-sekolah mahal, tanpa ada pembekalan karakter dari rumah.

Hal ini sebaiknya disadari oleh semua pihak. Semua harus saling menguatkan. Bersinergi demi satu tujuan. Jika semua pihak melaksanakan peran ini dengan baik dan dengan rasa yang bertanggungjawab, maka karakter anak anak negeri akan mampu tampil menjadi insani yang mumpuni.

Klik download file


Minggu, 14 Juni 2020

RPP Bahasa Indonesia SMP Kelas IX (Cerita Inspirasi) K13

Berikut ini contoh RPP Bahasa Indonesia SMP Kelas IX (Cerita Inspirasi)  Kurikulum 2013:


Bagi yang ingin mengunduh file RPP ini, silakan klik DISINI.

Memahami Unsur Intrinsik Cerpen

Berikut ini materi Memahami Unsur Intrinsik Cerpen:


Bagi yang ingin mengunduh file materi Memahami Unsur Intrinsik Cerpen, silakan klik DISINI.

Materi Surat Perjanjian Jual Beli dan Penyusunannya

Berikut ini materi Surat Perjanjian Jual Beli dan Penyusunannya:


Bagi yang ingin mengunduh file materi Surat Perjanjian Jual Beli dan Penyusunannya, silakan klik DISINI.

Materi teks Negosiasi SMA/ SMK Kelas X

Berikut ini materi Teks Negosiasi SMA/ SMK Kelas X:



Untuk lebih jelas, simak vidio pembelajaran tentang teks negosiasi berikut ini:

Contoh RPP 1 Lembar Bahasa Indonesia SMA/ SMK Tahun 2020

Berikut ini contoh RPP 1 lembar Bahasa Indonesia SMA/ SMK Tahun 2020:


Bagi yang ingin mengunduh file contoh RPP 1 Lembar ini, silakan klik DISINI.

Silabus Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Kurikulum 2013

Berikut ini Silabus Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Kurikulum 2013:


Bagi yang ingin mengunduh file silabus ini, silakan klik DISINI.

Workshop Sagusablog Dasar (IGI)


Workshop Satu Guru Satu Blog yang dikenal dengan sebutan SAGUSABLOG mengajak para pendidik untuk dapat memanfaatkan kemajuan dibidang teknologi khususnya Ponsel Pintar atau yang dikenal dengan android. Workshop ini dilaksakanan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) sebagai upaya mengenalkan Media Pembelajaran berupa Blog dengan muatan berbagai materi dan latihan soal secara online. Dengan media blog, guru akan terbiasa memberikan materi ataupun tugas-tugas online kepada anak yang dapat memaksimalkan penggunaan gawai kepada siswa di era milenial ini.