Merdeka Belajar

Empat Program Pokok Mendikbud.

Publikasi Karya Anda

Kirim melalui: gurutraveler8@gmail.com

Waspada Covid19

Lindungi Diri, Lindungi Keluarga, Lindungi Sesama.

Kurikulum Merdeka

Profil Pelajar Pancasila.

Kurikulum Merdeka

Karakteristik KM.

Minggu, 02 Januari 2022

DOMINASI GURU PADA ILMU PENGETAHUAN SUDAH USAI

ELISA PURWANTI, S.Pd
SMA Negeri 1 Paramasan

Di Indonesia kemajuan teknologi telah merambah dunia pendidikan meskipun tidak secara merata. Di sekolah-sekolah dengan akses internet yang baik, akses informasi sangat mudah untuk dijangkau. Hal ini menyebabkan guru bukan lagi sumber satu-satunya ilmu pengetahuan. Situasi semacam ini disebut sebagai big bang information yang menuntut setiap orang terutama guru harus bijak dalam mengambil sikap.

Pembelajaran di kelas tidak lagi dibatasi oleh gedung-gedung sekolah atau pengetahuan guru. Betapa tidak, ilmu pengetahuan hanya dibatasi oleh rasa malas individu untuk mengakses informasi, selain itu tidak ada batasan. Menanggapi fenomena  ini, sebagai guru, cara mengajar guru idelanya tentu patut diubah, bukan fokus hanya apa yang diajari melainkan bagaimana proses belajar peserta didik. Target materi memang harus diajarkan tetapi hanya sebatas materi esensial, yaitu materi yang harus dan wajib diajarkan, Namun lebih dari itu, cara dan proses belajar yang kaya dan bervariatif, berbobot termasuk cara mengaksesnya, mempelajarinya, dan mengembangkannya perlu dikedepankan.

Guru masih sangat penting perannya dalam pendidikan di era digital, namun filosofi, strategi, pendekatan dan cara mengajarnya harus diperbarui sesuai dengan tuntutan zaman. Guru harus bisa mencontoh konsep cara mendidik para pelatih olahraga profesional. Mereka mengambil waktu terbanyak untuk terjun dalam menekuni sesi latihan, adapun saat permainan dan pertandingan, sang atletlah yang menentukan sendiri jalannya pertandingan. Semakin sering sang atlet melakukan sendiri keterampilan yang diajarkan oleh pelatih, maka semakin terampil juga dia di bidang yang bersangkutan. Pepatah mengatakan practice makes perfect.

Jadi peran guru adalah menjadi pendamping sedangkan peserta didiknya adalah sang atlet atau selaku pelaku pembelajaran. Guru melatih tetapi peserta didiklah yang berlatih. Guru menunjuk jalan bagi peserta didk, mengevaluasi dan mendorong pengembangan keterampilan yang berkesinambungan namun peserta didklah yang menekuni dan menjalaninya. Guru menjadi model yang meneladankan apa yang diajarkannya tetapi peserta didiklah yang harus menguasainya. Semakin sering peserta didk menunaikan latihannya maka semakin terampillah mereka.

Pembelajaran oleh guru selanjutnya adalah diarahkan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih besar dari dalam diri peserta didik. Mereka tertarik akan ilmu pengetahuan dan informasi yang aktual dan relevan dengan kehidupan terkini. Di tengah lautan informasi, hanya orang yang memiliki akses kepada informasi yang akurat dan bermutu dan yang memiliki rasa ingin tahu yang kuat yang akan diuntungkan. Mereka yang takjub akan menjadi berpengetahuan dan semakin terampil karena dari rasa takjublah lahir pengetahuan dan keinginan untuk menekuni sesuatu. Pembelajaran harus dapat mengembangkan rasa terkesima untuk terus mengeksplorasi bahan ajar secara lebih luas dan lebih dalam lagi.

      Di samping rasa ingin tahu, kreatifitas juga perlu dibiasakan. Kreatifitas adalah salah satu atribut yang paling dicari di dunia dewasa ini karena ialah jamur kemajuan peradaban dan motor penggerak inovasi yang produktif. Tanpa kreatifitas peradaban menjadi macet, bangsa menjadi pasif dan akan menjadi pasar konsumsi, menjadi bangsa penonton menyaksikan perkembangan dan perubahan yang terjadi. Proses pembelajaran idealnya juga menelurkan kreasi baru. Karya baru, bukan hafalan, menjadi hasil dari proses pembelajaran. Dengan kata lain, belajar adalah untuk menciptakan. Dari rahim pendidikan yang demikian akan lahir generasi penemu dan pencipta.

Menjadi guru di era digital membutuhkan persiapan matang Metode pengajaran yang dilakukan sudah tidak bisa lagi disamakan dengan para guru di zaman dulu. Oleh sebab itu, bagaimana cara menciptakan suasana nyaman sehingga pelajaran yang disampaikan mudah dipahami?

Dalam hal kegiatan belajar daring, presentasi menjadi catatan penting. Para guru terkadang lupa untuk membangun komunikasi yang efektif. Oleh sebab itu, usahakan untuk tidak terlalu lama berbicara satu arah. Buatlah suasana kelas online aktif dengan melemparkan pertanyaan-pertanyaan terbuka. Selain itu, sebagai seorang guru harus mempersiapkan presentasi yang menyenangkan, gunakan desain yang menarik terlepas dari apapun materi yang akan disampaikan. Guru bisa memulainya dengan memberikan tips-tips praktis dalam belajar. Penampilan guru pun juga penting. Guru jangan memakai style fashion yang membosankan, carilah style formal tetapi kasual agar membuat penampilan terkesan lebih fresh.

Memanfaatkan teknologi di era digital merupakan hal mutlak dalam menyampaikan pelajaran di kelas. Anda bisa menggunakan daftar hadir atau presensi otomatis, atau membagikan materi menggunakan platform berbasis teknologi cloud computing. Menggunakan teknologi dalam proses belajar-mengajar tidak hanya efektif untuk pengajaran saja, tetapi juga untuk lebih memudahkan para siswa dalam hal komunikasi dengan guru.

Salah satu cara lainnya yang bisa diterapkan adalah dengan memperbanyak diskusi dalam kelas digital. Berilah pertanyaan menarik untuk didiskusikan bersama para siswa. Ini bisa dilakukan setelah guru memberikan materi di awal kelas. Di sini guru bisa mengizinkan para siswanya untuk melakukan browsing di internet terkait pertanyaan atau materi yang didiskusikan. Jangan lupa ingatkan kepada siswa untuk hanya mengambil sumber-sumber yang kredibel dan relevan. Buatlah diskusi menjadi hidup dengan menciptakan interaksi antar siswa dan kelompok. Kemudian, persilakanlah para siswa untuk berdiskusi di kelas digital untuk meningkatkan skill berbicara mereka di depan orang banyak secara bergantian.

Ada banyak hal yang membuat para siswa kurang mengerti materi yang disampaikan para guru. Salah satunya adalah kurangnya contoh-contoh yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, sebelum mulai mengajar, biasakan untuk melakukan riset untuk mengetahui apakah ada hal yang bisa dijadikan contoh yang mudah dalam materi pelajaran. Sebaiknya pula, guru jangan terlalu berfokus kepada buku pelajaran sebagai sumber utama, carilah sumber belajar lain  yang bervariatif.

Menjadi guru di era digital berarti mengetahui kapasitas murid dalam mengerjakan tugas. Jangan terlalu memberikan tugas yang berlebihan kepada para siswa. Setiap murid memiliki kemampuan dan kapasitas yang berbeda-beda dalam menghadapi sebuah materi, oleh karenanya, berikan tugas secara wajar. Tugas yang terlalu banyak berpotensi membuat para siswa menjadi stres. Dengan begitu, para guru haruslah membuat perencanaan matang untuk memaksimalkan proses belajar dalam kelas online nantinya.

Klik download (full text)

Sabtu, 01 Januari 2022

COMPARISON OF THE EFFECTIVENESS OF GUIDED INQUIRY METHOD AND PQ4R IN MATHEMATICS LEARNING IN GRADE XI IPA AT SMAN 5 MAKASSAR

MUH. AMINUDDIN
SMA INSAN CENDEKIA SYECH YUSUF

Email: aminji13@gmail.com

ABSTRACT

The study aims at comparing the effectiveness based on (1) students’ activities, (2) Students’ motivation, and (3) learning outcomes of students who were taught by using guided inquiry learning method and PQ4R in grade X IPA (Natural Sciences) at SMAN 5 Makassar. The type of this study is quasi-experimental design. The research population of the study is grade X SMAN 5 Makassar which consists of 7 classes. Samples are taken by employing random sampling technique and obtain grade X MIPA 6 and grade X MIPA 7. Data collections employ observation sheet on learning implementation, observation sheet on students’ activity, learning test, and questionnaire of students’ motivation. Data were analyzed using descriptive analysis and inferential analysis. The results of the study reveal that the students’ activity in learning by applying guided inquiry learning method is in active category with the mean score 3.44. The  learning outcoming in learning Mathematics is in high category with the mean score 86.6970 with standard deviation 7.05994. the average normality gain of learning outcomes is in high category, the students’ motivation on the application of guided inquiry learning method is in positive category with the mean score 3.30 and for PQ4R learning, the students’ activity is in active category with the mean score 3.11. the learning outcomes in Mathematics is in high category with the mean score 83.2286 and standard deviation 5.61031. the average of normality gain of learning outcomes is in high category, the students’ motivation on the application of PQ4R is in positive category with the mean score 3.41. thus, conclusion of the study is the learning outcomes of students who were taught by using guided inquiry learning method is higher than the learning outcomes of students who were taught by using PQ4R in grade X IPA at SMAN 5 Makassar.

Keywords: effectiveness, guided inquiry learning method, PQ4R learning method.

Klik unduh (full text)




References

Abruscato, J. & DeRosa, A. D. 2010. Teaching Children Science A Discovery Approach. Boston: Pearson.

Ardin. 2013 Keefektifan Pembelajaran Matematika Realistik Setting Kooperatif Tipe NHT pada Materi Pokok Ruang Dimensi Tiga. Program PascasarjanaUniversitasNegeri Makassar, Makassar.

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi Cetakan 9). Jakarta:Bumi Aksara.

Asnita, A.U.2016. Perbandingan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Inquiry Terbimbing dan Metode PQ4R pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sinjai TengahJurnal Mapan Volume 4 Nomor 1.

Carin, A. A. & Robert B. Sund. 1989. Teaching Science Through Discovery. Columbus, Ohio: Merril Publishing Company.

Chatib, M. 2012. Sekolahnya manusia. Jakarta: Mizan Kaifa. 

David, Hall. 1980. English and Science for Technology Mathematics. England: Longman Group Limited.

Dimyanti dan Moedjiono. 1990. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 

Gulo, W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. 

Hamalik, O. 2002. Psikologi belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 

Anonim, O. 2003. Psikologi belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Anonim, O. 2005. Psikologi belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Hidayati. 2004. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Yogyakarta: UNY.

Hudoyo, H. 1990. Strategi mengajar belajar matematika. Malang : Penerbit IKIP Malang.

Jarolimek J, and Foster.C.D. 1976. Teaching and Learning In The Elementary School: London, MacMilan, Publishing Co, inc

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Matematika K.13 Edisi Revisi. Jakarta: Balitbang Kemendikbud

Lestari, Kurnia eka. 2014. Penelitian Pendidikan Matematika. Jakarta: Refika Medika.

Mulyani, S & Johar, P. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulyasa. 2002. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. 2008. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sriyanto. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika. Yogyakarta: Pustaka Widyatama

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Suherman. 2002. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: EGC.

Sugeng, M. 2005. Inovasi Pembelajaran Matematika dan Sistem Evaluasinya berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Yogyakarta: Dinas Pendidikan Nasional

Sukmadinata, N. S. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Sund, R. B & Trowbridge, L. W. 1973. Teaching Science by Inquiryin the Secondary School.Ohio: Charless E. Merill Publishing Company.

Sundayani, Yana. 2014Penganta Metode Pekerjaan Sosial. Bandung: STKS.

Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryobroto. 2009. Metode Pengajaran di Sekolah dan PendekatanBaru dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Amarta.

Sutikno, Sobry M .2012. Manajemen Pendidikan Langkh Praktis Mewujudkan Lembaga Pendidikan yang unggul. Lombok: Holihastika.

SyahM2011. Psikologi BelajarEd, Revisi,11. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Trianto. 2002. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Anonim. 2009. Model pembelajaran terpadu; konsep, strategi dan implikasi dalam KTSP. Jakarta: bumi Aksara.

Anonim. 2011. Model pembelajaran terpadu; konsep, strategi dan implikasi dalam KTSP. Jakarta: bumi Aksara.

Trowbridge, Leslie W and Bybee, Rodger W. (1990). Becoming a Secondary School Snce Teacher. Ohio: Merril Publishing Company.

Usman, M. U. 2002. Menjadi guru profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wade, C. 2007. Psychologi, 10/E. California: Dominican University of California.

Wahyuddin.2008.  Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Ditinjau dari Kemampuan VerbalVol. 9. No. 2 : 2016.

Wojowasito, S. 1991. Kamus Lengkap: Inggris-Indonesi, Indonesia-Inggris. Bandung: Hasta.

Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Pokok Bahasan Interaksi Sosial melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning pada Siswa Kelas X MIA 1 SMA Insan Cendekia Syech Yusuf

ASHAR MUSYAFIR, S.Pd.
SMA INSAN CENDEKIA SYECH YUSUF
Email: musyafirashar@gmail.com   

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi pokok bahasan Interaksi Sosial melalui model pembelajaran Cooperative Learning pada siswa kelas Kelas X MIA 1 SMA Insan Cendekia Syech Yusuf.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Reaserch) yang dibagi dalam dua siklus dengan 4 tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang dilakukan secara berulang. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X MIA 1 SMA Insan Cendekia Syech Yusuf. Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA 1 SMA Insan Cendekia Syech Yusuf tahun ajaran 2020/2021 dengan jumlah siswa 31 orang, terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan.

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terjadi peningkatan hasil belajar sosiologi melalui model pembelajaran Cooperative Learning siswa kelas X MIA 1 SMA Insan Cendekia Syech Yusuf pada siklus I yang tuntas secara individual dari 31 siswa hanya 29 siswa atau 82,1% dengan nilai rata-rata hasil yang diperoleh sebesar 70 dan pada siklus II meningkat dari 30 siswa atau 96,5% dengan nilai rata-rata 80,6. 2) Hasil analisis kualitatif menunjukkan adanya perubahan yang terjadi pada sikap siswa selama proses pembelajaran sesuai dengan hasil observasi yaitu dengan adanya penerapan model pembelajaran Cooperative Learning pada materi Interaksi Sosial dapat meningkatkan hasil belajar siswa, minat belajar siswa serta dapat meningkatkan kehadiran siswa.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Cooperative Learning.

Klik unduh (full text)





References

Abimanyu Soli. 2008. Strategi Pembalajaran 3 SKS. Direktorat jendral Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan Nasional.

Catharina. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Pres 

Depdikbud. 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Dr. Bangong Suyanto. Masalah Sosial Anak. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri

Hidayat, Komaruddin. 2009. Active Learning. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Luth, Nursal. 1992. Kamus Sosiologi Dan Antropologi. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.

Muslich Masnur. 2009. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.

Muin, Idianto.2006.Sosiologi SMA/MA untuk kelas X.  Jakarta: Erlangga.

Narwoko Dwi, Suyanto Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.Surabaya: Kencana.

Piotr Sztompka.2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Prenada Media Group, Jakarta.

Ritzer, George – Douglas J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi Modern, Edisi ke 6. Jakarta.

Silberman L, Melvin.1996. Lightening the Learning Climate. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Sugiharto, Bambang, 1996, Post-Modernisme-Tantangan bagi Filsafat, Yogyakarta: Kanisius.

Sudjana. 2001. Model Statistika.Bandung:  Tarsito.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 

Sanjaya Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompotensi. Bandung: Kencana.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekanto Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, Dan Inplementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: kencana.

Tiro Arif Muhammad. 2000. Dasar- Dasar Statistika. State University of Makassar Press.

Upe Ambo. 2010. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik Ke Post Positivistik. Jakarta: Rajawali Pers.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003, Cet. II,  Bandung: Fokus Media.

Zainap Aqib. Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Yrama Widya.