Merdeka Belajar

Empat Program Pokok Mendikbud.

Publikasi Karya Anda

Kirim melalui: gurutraveler8@gmail.com

Waspada Covid19

Lindungi Diri, Lindungi Keluarga, Lindungi Sesama.

Kurikulum Merdeka

Profil Pelajar Pancasila.

Kurikulum Merdeka

Karakteristik KM.

Sabtu, 11 September 2021

Catatan Al Bazzar Mappanganro: Manusia 1/3 Bagian


Pada hakikatnya manusia terbagi 3 bagian. 1/3  untuk Allah, 1/3 untuk manusia, dan 1/3 untuk cacing. Ruhnya akan kembali kepada Allah Jasadnya akan jadi santapan cacing tanah. Amalnya akan kembali kepada manusia. Di dunia yang sangat singkat ini jangan sombong dengan kendaraan yang kita miliki, karena kendaraan terakhir kita adalah keranda mayat.

Jangan bangga dengan pakaian yang kita miliki karena pakaian terakhir kita adalah kain kafan. Jangan bangga dengan rumah yang kita miliki, karena rumah terakhir adalah kuburan. Sehebat apapun manusia tak akan bisa untuk mengundur kematian. Secerdas apapun, tidak akan mampu membuat alat yang bisa menahan malakul maut datang.

أَيۡنَمَا تَكُونُواْ يُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِي بُرُوجٖ مُّشَيَّدَةٖۗ 

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh“. (An-Nisa’ Ayat 78)

Ingatlah mau tidak mau,  rela tidak rela, kita akan kembali ke pangkuan-Nya. Lalu telah sejauh apa persiapan kita menghadapNYA?



Untuk konsultasi dakwah dan bisnis 
Kontak Al Bazzar: 
+62 853-4378-9686


 


Rabu, 08 September 2021

Catatan Albazzar Mappanganro: Maka kemanakah kamu akan pergi?

 


Kondisi masyarakat saat ini sangat disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing. Pengusaha, pedagang, pejabat, bahkan masyarakat sekeliling kita sibuk dengan urusannya masing-masing, yaa… itulah kita dengan sebutan  “ibnu adam” (anak cucu adam). Berlomba-lomba mengejar kehidupan dunia sehingga lupa dengan peintah dan larangan Allah, sungguh memprihatinkan kondisi ummat muslim masa kini.

Akhirat yang kekal abadi, di mana semua yang ada di dunia ini akan kembali kepadanya, semua umat tau itu. Namun, seakan-akan terlupakan oleh kehidupan dunia. Mereka yang mengatakan “Time is money!!!”, what??? Memangnya uang bisa dibawa mati? terlalu cinta dunia sepertinya. Materi selalu menjadi perkara nomor satu dalam otaknya, Naudsubillah. Bukankah Nabi Muhammad S.A.W jauh-jauh hari telah mengingatkan kawan-kawan, kata Nabi “perbanyaklah mengingat sesuatu yang memutuskan seluruh tingkat kelesatan (kematian)”, tidak terlena dengan kehidupan dunia dan setiap amal dimintai pertanggung jawaban disisi Allah.

Salah satu jalan yang bisa ditempuh untuk terhindar dari cinta dunia berlebihan adalah merenungkan firman Allah S.W.T dalam Al-Quran surah At.Takwir:26, ayat ini memberi suatu pertanyaan yang diajukan oleh Allah. Pertanyaan sangat singkat  namun kekuatannya dahsyat untuk mengarahkan kembali kepada kebenaran, tidak berlebihan dalam mencari kehidupan dunia bahkan semakin sadar untuk mendekatkan diri kepada sang Khalik. Subhanallah, satu pertanyaan untuk mengubah pandangan berkehidupan yang akan menghentikan setiap bentuk dosa.

 “One question to stop corruption”,

“One question to stop nepotism”.

          Tercatat dalam sejarah, ketika seorang sufi sedang dalam perjalanan dengan mengendarai kudanya, ditengah perjalanan tiba-tiba jatuh tersungkur dan jatuh bukan karena kecelakaan atau kelelahan namun mendengarkan seseorang membaca salah satu firman Allah (QS. At-Takwir:26):

فَأَيۡنَ تَذۡهَبُونَ ٢٦

Artinya:

‘’Maka ke manakah kamu akan pergi’’

Apa pengaruh ayat ini sehingga seorang sufi terjatuh dari kudanya? Adakah kekuatan yang tersirat dari kalam Ilahi ini? Coba renungkan kawan-kawan, tenangkan diri, ikhlaskan niat, lalu tanya diri ini, sebenarnya mau kemana? Dunia yang sangat singkat arah saya kemana? Apakah saya kekal? Apakah saya bisa tetap di dunia ini ? where are we go?


Jumat, 03 September 2021

Catatan Andhika Mappasomba: Tentang Puisi dan Inspirasi Kebaikan

 
Sering saya diundang membicarakan sastra, terlebih puisi. Sering pula saya mengungkapkan bahwa sastra yang baik adalah karya yang bisa menggerakkan orang lain atau menginspirasi orang lain untuk melalukan sesuatu atau secara luas, pembaca menemukan kesadaran (kenyataan) dalam karya tersebut lalu pembaca membumikan pengetahuan dalam bacaannya. Misalnya untuk tidak mencuri, mencintai orang lain, dan banyak hal lainnya. Boleh jadi, inspirasi untuk lebih menebalkan keimanan dan penghambaan kepada Tuhan. Sastra yang baik adalah dia yang memiliki nilai manfaat bagi kehidupan sosial, budaya, atau pun nilai spiritual. Jika tidak, boleh jadi karya itu hanya sekadar kata penghubung dalam sebuah struktur kalimat. Penting adanya, namun tidak menjadi esensi. Karya sastra semisal puisi, ditemukan seperti cendawan musim basah. Banyak. Melimpah ruah. Namun, meminjam istilah pekerja sastra Dahri Dahlan, seperti sayur (sastra) di pasar, melimpah saat sore, akhirnya dijual murah meriah karena terancam rusak dan tak ada yang berminat lagi untuk membelinya (membaca). Tidak sedikit sastrawan yang menulis sedikit karya, tapi malah, karya itu yang membuatnya tidak punah dibicarakan. Boleh meminjam kisah dalam film Finding Forester. Nah, jika puisi hanya sibuk dengan penulisnya sendiri, dipuji dan dibahas oleh penulisnya sendiri, boleh jadi, itulah sastra-sastra yang narsis dan tampak suram dan tak memiliki masa depan yang cemerlang. Terlebih lagi, jika puisi itu adalah anjuran untuk mendalamkan tancapan nilai spiritual untuk lebih dekat kepada Tuhan, tapi penulisnya malah lebih banyak mabuk di lontang tuak atau rumah perngewekan. Dan mulut hanya penuh busa bir dari pada zikir. Itulah sastra yang sibuk dengan dirinya sendiri, menjauhi persoalan kehidupan seperti yang disebut WS Rendra tentang "sibuk bersajak tentang anggur dan rembulan, tapi ketidak adilan terjadi di sampingnya".
Kini, saya memilih untuk sedikit membangun jarak dengan puisi. Agar bisa melakukan kata-kata dan kalimat perintah yang pernah saya tuliskan di masa lalu.
Nah, apakah saya akan membaca puisi?

Tentu tak pernah berhenti. Hanya saja, saya melakukan dengan tangan dan kaki. Berjalan menemui sesama fakir dan menyeka air mata sosial yang menetes pada mata kaum dhuafa dan anak-anak yatim. Andhika Mappasomba Daeng Mammangka Pekerja Sosial, Karyawan Allah

Kamis, 02 September 2021

Materi Ajar Bahasa Indonesia Kelas XI "Teks Eksplanasi"





Pengantar

Pernahkah mendengar atau membaca informasi mengenai fenomena atau peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar? Bukan hanya di sekitar kita, perkembangan informasi yang sangat pesat membuat kita bahkan dengan mudahnya mengakses berbagai informasi mengenai suatu peristiwa atau kejadian diberbagai belahan dunia. Fenomena atau peristiwa yang sering dijumpai seperti gempa bumi, laut pasang, hujan, petir, upacara adat, perlombaan, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya.

Suatu kejadian baik itu kejadian alam maupun kejadian sosial tersebut selalu memiliki hubungan sebab akibat dan memiliki proses. Suatu kejadian yang terjadi, tidak hanya untuk diamati dan rasakan saja, tetapi juga bisa dituliskan dalam bentuk teks sebagai sumber informasi untuk khalayak ramai. Bentuk teks tersebut dikenal dengan istilah teks eksplanasi.


Klik unduh (Full text)


Cerpen, Rahma Aulia: SIRI’ NA PACCE PUANG


Aku tinggal bersama nenek sejak kecil. Aku menjadi yatim diusiaku yang masih terbilang jari. Aku hanya bisa berkhayal tentang rupanya, atau mendengar cerita-cerita nenek tentang Amma dan Tettaku. Kata nenek, Amma dan Tettaku adalah orang yang baik, sholeh juga berbudi luhur. Aku tersenyum bahagia ketika mendengar cerita nenek, bagiku itu adalah dongeng terbaik. Aku tak pernah sedih, karena aku punya nenek Aminah yang mengasuhku sejak kecil. Bagiku nenek adalah harta terindah Allah. 

Sepeninggal Amma dan Tetta, neneklah orang tuaku. Meski kini usianya sudah semakin renta, tapi nenek tak pernah lelah bekerja untuk mencari nafkah. Dari cucuran keringatnyalah aku tumbuh sebesar ini, bisa bersekolah layaknya anak-anak yang lain, juga tertawa riang.

..................

Klik baca (Full text)