BERSINERGI
BANGUN KARAKTER ANAK NEGERI
YUNIHAR HAIRUNISA, S.Pd.
SMP NEGERI 35 BANJARMASIN, KALIMANTAN SELATAN
Banyak pihak
mengeluhkan adanya penurunan karakter pada anak negeri. Dalam keluarga, sikap
anak terlihat kurang simpati dan empati, kurang patuh terhadap orangtua.
Bahkan, sering terdengar keluhan orangtua yang anaknya lebih sering keluar
rumah dengan alasan mengerjakan tugas sekolah. Sementara di sekolah,
tugas-tugas sekolah sering diabaikan.
Di masyarakat,
saat jam belajar terlihat anak usia sekolah lebih asyik bermain, lebih khusyuk
dengan hp androidnya, lebih antusias dengan game onlinenya, bersantai dengan
banyak kegiatan hura-hura, dan sering ditemui di jalan-jalan hingga larut
malam. Bahkan sikap-sikap lain yang tidak sesuai dengan tatanan norma. Miris. Dengan
adanya pemandangan seperti ini saling tuding. Siapa yang bertanggung jawab? Benarkah
karakter anak negeri hanya tanggung jawab sepihak saja? Orangtua, sekolah,
masyarakat, atau pemerintah?
Sebenarnya,
pendidikan karakter adalah tanggungjawab bersama. Dimulai pendidikan anak di
keluarganya oleh orangtuanya, oleh sekolah sebagai lembaga formal, serta oleh
masyarakat sebagai tempat hidup dan bersosialisasi dengan kehidupan
disekitarnya. Hal ini sesuai dengan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada Satuan Pendidikan Formal Pasal 5 yang
mengoptimalkan fungsi kemitraan tripusat pendidikan yang meliputi sekolah,
keluarga, dan masyarakat yang dilaksanakan dengan pendekatan berbasis kelas,
budaya sekolah, dan masyarakat sesuai dalam Pasal 6. Dengan adanya peraturan yang
sekaligus sebagai bukti adanya dukungan dari pemerintah ini, maka semakin
jelaslah bahwa pendidikan karakter menjadi tanggungjawab bersama.
Pengoptimalan
penyelenggaraan PPK oleh keluarga dilaksanakan melalui kegiatan bersama dan
pelibatan keluarga di sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat. Banyak
kegiatan yang bisa kita lakukan secara nyata seperti adanya program sekolah
untuk mengundang orangtua dalam kegaiatan keagamaan, rapat orangtua dengan
agenda yang disesuaikan, pelaporan dan pembagian hasil nilai, atau kegiatan
gotong royong. Adapun pengoptimalan penyelenggaraan PPK oleh masyarakat
dilaksanakan melalui pelibatan perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau
lembaga. Hal ini bisa diwujudkan dengan kegiatan seperti mengundang tokoh
masyarakat, tokoh agama, atau dari berbagai pihak untuk ikut serta
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam bentuk lain.
Tempat pendidikan
karakter pertama kali adalah di keluarga, oleh orangtuanya. Dengan adanya
pengenalan dan penanaman nilai-nilai karakter semenjak dini secara kuat dan
berkesinambungan di setiap anak di setiap keluarga, maka di sekolah dan di
masyarakat, anak akan lebih mampu mengembangkan karakternya dengan baik. Keluarga
yang kuat akan mampu mencetak generasi yang kuat, dengan begitu akan terbentuk anak
negeri yang kuat sehingga terwujud masyarakat yang kuat.
Sementara di
kehidupan modern saat ini yang sudah menganut adanya persamaan gender sehingga
kaum ibu pun sibuk berkarier tanpa ada program yang jelas di keluarga karena
semua sibuk kerja, maka penanaman karakter di keluarga sangatlah kurang. Orangtua
merasa sudah bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya dengan dipenuhinya
semua kebutuhannya, tanpa mengindahkan sisi keteladanan dari orangtua dan
pendekatan hati. Semua diukur hanya dengan materi. Orangtua sudah merasa
bertanggung jawab hanya dengan menyekolahkan di sekolah-sekolah mahal, tanpa
ada pembekalan karakter dari rumah.
Hal ini sebaiknya
disadari oleh semua pihak. Semua harus saling menguatkan. Bersinergi demi satu
tujuan. Jika semua pihak melaksanakan peran ini dengan baik dan dengan rasa
yang bertanggungjawab, maka karakter anak anak negeri akan mampu tampil menjadi
insani yang mumpuni.
Klik download file